Sinata.id – Seorang gadis migran Kamboja diduga menjadi korban pemerkosaan setelah tujuh tentara Thailand disebut melakukan kekerasan sadis terhadap rombongan pekerja yang mencoba melintas di perbatasan Chanthaburi, memicu kecaman keras dan penyelidikan resmi dari pemerintah Kamboja.
Insiden tersebut terungkap setelah korban dan rombongan migran yang berjumlah 14 orang diduga menjadi sasaran kekerasan saat mencoba melintas pada 15 November lalu.
Kementerian Tenaga Kerja dan Pelatihan Kejuruan Kamboja menyampaikan kecaman keras sekaligus membeberkan detail dugaan tindak kekerasan yang dialami para pekerja migran itu.
Menurut laporan awal, mereka diperlakukan secara kejam: dipukul, ditendang, diancam menggunakan senjata, hingga dimintai uang secara paksa.
Baca Juga: Influencer China ‘Sister Orange’ Ternyata Ditangkap di Kamboja, Terlibat Kasus ‘Jagal Babi’
Dalam pernyataannya, kementerian menyebut para gadis yang berada dalam rombongan tersebut sengaja dipisahkan dari kelompok utama sebelum menjadi korban pelecehan seksual oleh tujuh tentara Thailand berseragam hitam.
Otoritas Kamboja menyebut tindakan itu sebagai “serangan seksual yang sangat mengerikan”.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Kamboja menegaskan tengah menjalankan penyelidikan terpisah dan akan segera menyampaikan pengaduan resmi kepada Komisaris Jenderal Kepolisian Nasional Thailand.
Peristiwa yang memicu amarah publik ini terjadi di Provinsi Chanthaburi, wilayah Thailand yang berbatasan langsung dengan Distrik Kamrieng, Battambang.
Lintasan tersebut selama ini menjadi titik rawan bagi pekerja migran Kamboja yang berusaha kembali ke tanah air setelah situasi perbatasan menegang sejak Mei lalu.
Data pemerintah Kamboja mencatat sekitar 800.000 migran telah meninggalkan Thailand selama beberapa bulan terakhir.