Oleh: Pastor Dion Panomban
Saat Teduh Abba Home Family
Rabu, 22 Oktober 2025
Ketika Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus sebanyak tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?”, Petrus menjawab, “Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Namun menariknya, setiap kali Petrus menyatakan kasihnya, Yesus tidak berkata, “Baiklah, teruslah mengasihi-Ku,” tetapi “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Pesan Yesus ini menegaskan bahwa puncak panggilan hidup kita bukanlah sekadar melayani pelayanan, melainkan melayani manusia. Yesus tidak mati demi program, gedung, atau kegiatan rohani — Dia mati demi manusia, demi jiwa-jiwa yang Ia kasihi.
Hari ini, banyak orang terlibat dalam pelayanan, namun tanpa kasih kepada sesama. Konflik, perpecahan, saling menyakiti, bahkan menghakimi sering muncul justru di tengah pelayanan. Mengapa? Karena hati kita lebih fokus pada “pelayanan” daripada pada “manusia” yang seharusnya menjadi sasaran kasih Kristus.
Pertanyaannya:
Apakah kita masih mengasihi jiwa-jiwa?
Apakah kita melayani karena cinta kepada Tuhan dan sesama, atau hanya ingin diakui dan membuktikan diri di hadapan manusia?
Pembacaan Alkitab:
Yehezkiel 34:4–8 (TB)
(4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.
(5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak.
(6) Mereka tersesat di semua gunung dan bukit yang tinggi; di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak tanpa seorang pun yang memperhatikan atau mencarinya.
(7) Oleh sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN:
(8) Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-domba-Ku menjadi mangsa lantaran tidak ada yang menggembalakannya, sebab gembala-gembala-Ku hanya memperhatikan diri mereka sendiri, dan domba-domba-Ku tidak digembalakan.
Pertanyaan Perenungan:
1. Apa yang Tuhan tegur dari para gembala itu? (ay. 4)
Mereka tidak memperhatikan umat Tuhan — tidak menguatkan yang lemah, tidak mengobati yang sakit, dan tidak mencari yang hilang.
2. Apa yang menyebabkan domba itu terserak-serak? (ay. 5)
Karena tidak ada gembala yang benar-benar peduli dan menggembalakan mereka.
3. Apa yang diminta Tuhan untuk para gembala? (ay. 7–8)
Tuhan menuntut para gembala untuk berhenti mementingkan diri sendiri dan kembali memperhatikan domba-domba yang dipercayakan kepada mereka.
4. Temukan kesalahan gembala yang ditegur Tuhan. (ay. 8)
Mereka hanya menggembalakan diri sendiri, bukan menggembalakan umat Tuhan.
5. Apa pengertianmu setelah bersaat teduh pagi ini?
Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk sibuk dalam pelayanan, tetapi untuk mengasihi dan merawat manusia. Pelayanan sejati adalah ketika kita mau peduli, menolong, dan membawa kembali jiwa-jiwa yang hilang kepada Tuhan.
Kasih adalah inti dari pelayanan sejati. Tanpa kasih, pelayanan hanyalah aktivitas kosong yang tidak menyentuh hati Tuhan.
Yesus berkata:
“Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yohanes 21:17)
Melayani berarti mengasihi. Dan mengasihi berarti menghadirkan hati Yesus bagi sesama.
Kiranya setiap kita menjadi gembala yang berhati Kristus — yang memperhatikan, merawat, dan membawa kembali jiwa-jiwa yang tersesat kepada Sang Gembala Agung.
Selamat bersaat teduh. (A27)