Pematangsiantar, Sinata.id – Guru MAN Pematangsiantar, Yendra Eka Putra (YEP) membeberkan dugaan pengelolaan dana Komite dan BOS yang tidak transparan serta mempertanyakan kejelasan laporan keuangan sekolah senilai miliaran rupiah.
Sorotan ia tujukan kepada Kepala MAN Lintong Sirait dan Komite Madrasah Imran Simanjuntak, yang merupakan saudara ipar. YEP mengungkapkan, dalam rapat komite sebulan lalu, laporan hanya ditampilkan melalui slide tanpa rincian tertulis yang dapat dipelajari.
“Waktu kami rapat komite kemarin, jadi program sekolah dan komite disampaikan cuma lewat slide. Enggak jelas. Disepakati program tahun ini sama dengan tahun lalu, padahal kami enggak tahu apa saja programnya,” katanya, Jumat (10/10/2025).
Ia menilai sejumlah kutipan dana dari orang tua siswa juga tidak melalui kesepakatan bersama, seperti pungutan Rp300 ribu untuk tes psikologi kelas X, Rp300 ribu untuk kegiatan siswa kelas XI, dan Rp360 ribu untuk wisuda kelas XII.
“Kita sebagai orang tua siswa belum sepakat kenapa sudah ditetapkan, jangan dipaksakan, selama ini kan dipaksakan harus ikut semua, jangan dipaksakan, siapa yang mau aja,” ucapnya.
Dia meminta pihak sekolah dan komite membuka laporan pertanggungjawaban serta program sekolah secara publik.
“Saya minta laporan pertanggungjawabannya dicetak dan ditempel di mading biar orang tua tahu, dana BOS sekian, dana komite sekian. Tapi ini enggak ada,” ujarnya.
Ia menambahkan, Kepala MAN pernah berjanji menindaklanjuti soal laporan pertanggungjawaban tersebut, hanya saja laporan baru ditempel pada 1 Oktober.
“Laporannya cuma selembar kertas, enggak jelas dan enggak rinci. Sekolah lain laporannya tebal,” sindirnya.
Baca juga
Kepsek MAN Siantar dan Komite Ternyata Ipar, Akademisi Soroti Konflik Kepentingan
Keluarga Ipar di Kursi Pimpinan MAN Siantar Digugat Soal Transparansi Dana
Mosi Tak Percaya Terhadap Komite MAN Siantar Ulah Oknum Guru
YEP menuturkan, dana komite dikutip sebesar Rp110 ribu per bulan dari sekitar 1.300 siswa. Selain itu, terdapat pula infaq harian yang disebutnya tidak pernah dilaporkan secara terbuka.
“Untuk uang infaq itu untuk masjidnya, tapi kan seharusnya ada laporannya. Di masjid lain biasanya tertera saldo masuk dan rincian penggunaan, tapi ini enggak ada. Padahal infaq tiap hari,” ujarnya.
Ia memperkirakan jumlah dana infaq cukup besar jika dikalkulasikan. “Kita logikakan saja, misalnya masing-masing anak kasih seribu tiap hari dikali 1.300 siswa, itu juga kemana laporannya,” katanya.
Menurut dia, sistem pengutipan dilakukan melalui ketua kelas atau perwakilan siswa. “Misalnya aku ketua kelas, aku jalan ngutip, ‘ayok infaq kalian’, nanti kuserahkan ke guru yang kebetulan mengumpulkan di kantor pagi hari. Tapi berapa jumlahnya, kita enggak tahu,” jelasnya.
Bahkan, katanya, wali kelas yang siswanya memberikan infaq dalam jumlah kecil bisa mendapat teguran dari pihak sekolah.
“Kalau wali kelas kurang memotivasi siswanya, infaqnya sedikit, itu ditegur oleh pihak sekolah. Misalnya siswa aku cuma ngumpul Rp20 ribu satu hari, itu ditegur, ‘kok sedikit kali infaq anak-anak,’” ungkapnya.
YEP pun meminta agar pihak sekolah bersikap transparan dalam pengelolaan dana, terutama dana infaq dan komite. “Kalau memang untuk masjid, buatlah saldo ke masjid, umumkan. Supaya jelas uangnya kemana,” tegasnya.
Dia juga mengaku tidak dilibatkan dalam konferensi pers yang digelar pihak sekolah beberapa waktu lalu. “Aku enggak diajak, padahal sudah bolak-balik lewat depan ruangannya, tapi enggak dipanggil. Jadi yang disampaikan itu sepihak,” katanya.
Terakhir dia juga menyoroti Komite Madrasah yang diketahui juga menjabat sebagai pimpinan partai politik di Pematangsiantar.
“Ini datanya dari KPU, kepengurusan tingkat kabupaten/kota Pematangsiantar, Ketua Imran Simanjuntak. SK-nya tahun 2022. Apakah sekarang masih pengurus partai, enggak tahu kita. Tapi dari tahun 2022 itu, beliau sudah jadi Ketua Komite,” pungkasnya. (SN15)