Sinata.id – Presiden Kolombia Gustavo Petro angkat bicara menanggapi tuduhan tajam Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebutnya sebagai “pemimpin narkoba ilegal”.
Petro menilai Trump telah disesatkan oleh para penasihatnya dan menegaskan bahwa justru pemerintahannya yang paling berani membongkar jaringan narkotika dan korupsi politik di Kolombia.
Drama diplomatik antara Amerika Serikat dan Kolombia memanas setelah Donald Trump melancarkan tudingan pedas terhadap Presiden Kolombia, Gustavo Petro.
Trump, melalui unggahan di media sosial pribadinya, menuduh bahwa di bawah kepemimpinan Petro, perdagangan narkoba di Kolombia “menjadi bisnis terbesar di dunia”, dan menegaskan bahwa “Petro tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya.”
Baca Juga: Trump Murka! Sebut Presiden Kolombia “Bos Narkoba Ilegal”
Namun, tudingan itu tak dibiarkan berlalu begitu saja. Gustavo Petro membalas langsung lewat platform X (Twitter), menuding Trump telah tertipu oleh informasi yang menyesatkan.
“Trump ditipu oleh para penasihatnya,” tulis Petro dalam unggahan yang dengan cepat menjadi viral di Amerika Latin.
“Saya justru melakukan lebih banyak daripada pemimpin mana pun sebelumnya untuk memutus hubungan antara pengedar narkoba dan elit politik di negeri ini,” tambahnya.
Petro menolak keras gambaran yang dilukis Trump. Menurutnya, sejak awal masa jabatannya pada 2022, pemerintah Kolombia telah berkomitmen menempuh pendekatan baru yang disebut “perdamaian total”, yakni kebijakan yang berfokus pada negosiasi dengan kelompok bersenjata dan kartel narkoba demi mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Meski pendekatan itu menuai kritik dari kalangan konservatif dan sebagian pejabat Amerika Serikat, Petro menilai strategi dialog jauh lebih efektif daripada pendekatan militer yang selama ini gagal menekan produksi kokain.
“Kami tidak lagi ingin perang tanpa akhir. Kami ingin solusi yang mengembalikan perdamaian dan menghapus akar masalah sosial yang membuat perdagangan narkoba tetap hidup,” ujar Petro, dikutip Senin (20/10/2025).
Trump Hentikan Bantuan, Petro Balas dengan Sindiran Tajam
Sementara itu, Donald Trump dalam unggahannya menegaskan bahwa Amerika Serikat akan menghentikan seluruh bantuan finansial kepada Kolombia, dengan alasan kegagalan pemerintah Petro menekan produksi narkotika.
“MULAI HARI INI, PEMBAYARAN INI… TIDAK AKAN LAGI DILAKUKAN,” tulis Trump dalam gaya khasnya yang penuh huruf kapital, di media sosial X pada Minggu (19/10/2025) waktu setempat.
Menanggapi keputusan itu, Petro menyindir balik bahwa kebijakan Trump justru akan memperburuk situasi di kawasan Amerika Latin.
“Mereka memutus bantuan, padahal yang kami butuhkan adalah kerja sama yang adil, bukan intervensi politik,” sindir Petro.
‘AS Harus Introspeksi’
Dalam pernyataan lanjutannya, Petro menegaskan bahwa perdagangan narkoba adalah masalah global, bukan hanya kesalahan satu negara. Ia menuding bahwa pasar utama kokain tetap berada di Amerika Serikat, sementara negara-negara produsen justru menanggung dampak sosial dan kekerasan yang lebih besar.
“Masalah narkoba bukan berasal dari Kolombia, tapi dari permintaan yang sangat besar di Amerika Serikat. Selama konsumsi di sana tidak terkendali, kartel akan selalu punya pembeli,” tegas Petro.
Petro juga mengingatkan Trump agar tidak mempolitisasi isu narkoba demi kepentingan kampanye domestik di AS. “Ini bukan soal siapa yang harus disalahkan, tetapi soal bagaimana kita bisa bekerja sama dengan cara yang saling menghormati,” pungkasnya.
Konflik kata antara kedua presiden ini berpotensi mengguncang hubungan diplomatik yang telah terjalin puluhan tahun. Kolombia merupakan salah satu sekutu strategis AS di Amerika Latin, terutama dalam perang global melawan narkotika.
Sejak awal 2000-an, Kolombia telah menerima bantuan lebih dari US$14 miliar dari Washington, termasuk program modernisasi militer dan operasi antinarkoba.
Namun, langkah Trump yang mencabut “sertifikasi” Kolombia sebagai mitra resmi antinarkotika pada September lalu, kini memperdalam jurang diplomatik di antara keduanya. Dengan kebijakan baru ini, Kolombia kini ditempatkan dalam daftar negara bermasalah bersama Venezuela, Bolivia, Afghanistan, dan Myanmar. [zainal/a46]