Sinata.id – Di tengah panasnya hubungan dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, emas kembali bersinar terang. Harga emas batangan Antam hari ini menembus Rp2.305.000 per gram, rekor baru yang menandai meningkatnya minat investor terhadap aset aman.
Harga emas batangan Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali mencetak sejarah baru. Senin (13/10/2025), harga jual emas Antam menembus angka fantastis Rp2.305.000 per gram, naik Rp6.000 dari posisi sebelumnya. Kenaikan ini tak hanya memperbarui rekor, tapi juga menandai tren penguatan berkelanjutan di tengah gejolak global.
Sementara itu, harga pembelian kembali (buyback) oleh Antam juga menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di Rp2.154.000 per gram, melonjak Rp7.000 dibanding sehari sebelumnya. Dua rekor dalam satu hari, sebuah sinyal kuat bahwa emas tengah jadi primadona investor di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
Efek Domino dari Panasnya Hubungan AS–China
Kenaikan harga emas Antam tak bisa dilepaskan dari perkembangan geopolitik global. Sepanjang pekan lalu, harga emas dunia naik 3,26% secara point-to-point, memperpanjang reli delapan minggu berturut-turut. Lonjakan ini dipicu meningkatnya tensi antara Amerika Serikat dan China, dua raksasa ekonomi dunia yang kembali berhadap-hadapan dalam isu perdagangan.
Ketegangan terbaru muncul setelah Beijing mendesak Washington menunda ancaman tarif bea masuk baru dan kembali ke meja perundingan. Pemerintah China bahkan memperingatkan akan melakukan aksi balasan jika Presiden Donald Trump tetap melaksanakan kebijakan tarif tambahan 100% terhadap impor asal China mulai 1 November mendatang.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Bergerak Terbatas Pekan Ini
“Langkah mengancam dengan tarif tinggi bukan cara yang tepat untuk menjalin hubungan ekonomi dengan China. Jika AS tetap bersikeras, kami akan mengambil langkah untuk melindungi hak dan kepentingan nasional,” tegas pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Bloomberg News, Senin (13/10/2025).
Emas, Pelarian Aman Saat Dunia Bergejolak
Di tengah ancaman perang dagang jilid baru, emas kembali membuktikan diri sebagai aset pelindung (safe haven asset) paling dicari. Ketika pasar keuangan dilanda ketidakpastian, pelaku investasi berbondong-bondong mengalihkan portofolionya ke logam mulia yang dianggap paling stabil menghadapi guncangan global.
“Ketika pasar sempat tenang, kini ketegangan baru muncul antara AS dan China. Volatilitas perdagangan global belum akan mereda. Justru situasi ini menjadi bahan bakar positif bagi kenaikan harga emas,” ujar Kyle Rodda, analis pasar dari Capital.com, seperti dilansir Bloomberg.
Investor Berburu Emas, Pasar Makin Panas
Tren pembelian emas kini terlihat di seluruh dunia. Para investor institusional hingga individu memilih meningkatkan kepemilikan logam mulia di tengah ancaman inflasi, pelemahan dolar, dan kebijakan perdagangan yang tak menentu. Dalam beberapa pekan terakhir, permintaan emas fisik melonjak di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dengan situasi global yang belum menunjukkan tanda stabil, banyak analis memprediksi harga emas masih berpotensi naik. Bahkan, sebagian memproyeksikan harga bisa menembus level psikologis baru dalam waktu dekat jika ketegangan AS–China tak segera mereda. [zainal/a46]