Pematangsiantar, Sinata.id — Suasana hangat penuh sukacita menyelimuti perayaan Hari Ulang Tahun ke-15 Tumpuan Sumbayak Boru Pakon Panagolan Kecamatan Siantar Martoba, yang berlangsung pada Minggu, tanggal 3 Agustus 2025, bertempat di kediaman St. Ferry SP Sinamo, SH., MH, Perumahan Grand Rakutta Indah, Jalan Rakutta Sembiring, Kelurahan Pondok Sayur, Pematangsiantar.

Komunitas ini dikenal sebagai tumpuan yang kokoh, saling menopang dalam suka maupun duka, serta erat dalam semangat kekeluargaan. Dalam sambutannya, Ketua Tumpuan, St. Binsar Panalom Sumbayak, menyampaikan rasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar ini:
“Aku bangga menjadi bagian dari Tumpuan Sumbayak. Ini bukan sekadar komunitas, tetapi rumah rohani yang penuh kasih. Hidupku diberkati Tuhan melalui keluarga besar ini.”demikian disampaikan ketua, dalam.sambutannya yang didampingi oleh Sekretaris St. Juliaman Sumbayak dan Bendahara Jurmanila P Br Sumbayak, yang bersama sebagai pemimipin Tumpuan Sumbayak bekerja dengan penuh dedikasi agar seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan bermakna.
Ibadah Syukur: Firman Tuhan, Warisan Leluhur, dan Keteladanan Hidup
Perayaan diawali dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh Pdt. Erwin Arianto Sumbayak, M.Th, Praeses GKPS Distrik III Saribudolok. Beliau menyampaikan firman Tuhan dari Galatia 6:17–18, dengan penekanan pada kasih, kerukunan, dan hidup saling menopang sebagai saudara seiman.

Dalam kotbahnya, Pdt. Erwin menegaskan bahwa kekuatan tumpuan ini bersumber dari nilai-nilai luhur yang melekat dalam identitas marga Sumbayak, yaitu:
Bayak — melambangkan kebesaran hati, kemurahan, dan keluasan berpikir
Unjah — mencerminkan kerendahan hati, kesediaan mendengar, serta menghargai sesama
Layak — menunjukkan kelayakan moral dan spiritual, hidup yang patut diteladani
Beliau juga menyebut tokoh-tokoh Sumbayak yang menjadi panutan dan sumber inspirasi:
1. Pdt. Jaulung J. Wismar Sumbayak – Pelayan Tuhan yang berintegritas dan rendah hati
2. Guru Djason Sumbayak – Pendidik sejati yang menanamkan nilai karakter sejak dini
3. dr. Djasamen Sumbayak – Dokter yang melayani masyarakat dengan kasih dan dedikasi
“Mereka adalah bukti bahwa hidup yang dibangun atas dasar nilai-nilai ilahi tidak akan sia-sia. Tuhan memberkati marga ini karena akarnya bertumbuh dalam kasih dan kebenaran,” ujar Pdt. Erwin.
Rangkaian liturgi ibadah turut diisi oleh:
St. Barthimenus Sumbayak sebagai pembawa agenda ibadah
St. Tiarmalina Napitupulu yang membawakan pujian
St. Minar Sinaga dan St. Renny Purba sebagai pelayan kolekta
St. Linda Simaremare sebagai pemimpin doa syafaat
Sementara St. Jhonni H. Pardede dan St. Linda Simaremare bertugas sebagai pembawa acara.
Simbol Sukacita dan Pesan Kekompakan
Salah satu momen paling menyentuh adalah saat seluruh anggota Tumpuan saling membagikan roti — simbol kasih, persatuan, dan kesatuan dalam Kristus. Suasana kehangatan dan keakraban begitu terasa dalam kebersamaan yang tulus.
Sambutan juga disampaikan oleh berbagai perwakilan:
Martuahman Purba mewakili boru/panagolan
St. Radianto Sumbayak mewakili sanina
Herulianus Sumbayak mewakili penasehat
St. Binsar Panalom Sumbayak sebagai ketua/pengurus
Tiga pesan utama yang ditekankan dalam sambutan tersebut ialah:
1. Saling memperhatikan dan menopang dalam suka dan duka.
2. Menjaga komunikasi, kekompakan, dan kesetiaan.
3. Menjadi teladan dan berkat di tengah masyarakat.
Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan ramah tamah, mempererat ikatan kekeluargaan yang telah terjalin selama 15 tahun.
Tumpuan: Wajah Kekinian dari Warisan Nilai Sumbayak
Tumpuan Sumbayak Boru Pakon Panagolan di Siantar Martoba menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur warisan leluhur tetap hidup dan relevan di tengah zaman modern. Komunitas ini terus menjunjung tinggi warisan spiritual dan etika yang telah diwariskan: takut akan Tuhan, hidup penuh kasih, menjunjung kejujuran, serta menghargai pendidikan dan etos kerja.
“Sumbayak bukan hanya marga — ia adalah warisan nilai, karakter, dan panggilan hidup untuk menjadi berkat bagi generasi kini dan mendatang,” ujar St. Binsar Panalom Sumbayak.
Sebagai penutup, ia menegaskan identitas luhur yang harus terus dijunjung oleh boru Sumbayak, sebagai bagian dari keturunan Simalungun, “Boru Sumbayak harus hidup dengan sifat bujur dan toru maruhur — itulah jati diri boru Simalungun yang sesungguhnya. Di situlah letak kehormatannya”. (A27).