Seorang aktivis kemanusiaan di Bener Meriah, Cak Dier, menyebut perjuangan warga menandu ibu hamil itu sebagai alarm darurat yang tak boleh diabaikan.
Ia mengaku menerima keluhan dari masyarakat terkait bantuan yang belum menjangkau wilayah mereka.
Tim BPBD dan relawan menghadapi hambatan berat di lapangan.
Keterbatasan alat berat, kerusakan infrastruktur yang luas, serta cuaca ekstrem memperlambat pembukaan akses.
Akibatnya, warga kerap mengambil risiko tinggi, berjalan kaki berkilo-kilometer atau menandu pasien, demi menyelamatkan nyawa.
Dari Desa Kem menuju Desa Buntul di Kecamatan Permata, jalur pendakian menjadi lintasan darurat.
Lumpur, bebatuan, dan jurang mengapit perjalanan.
Di jalur inilah, warga bergotong royong memastikan ibu hamil itu dapat menggapai layanan medis. [a46]






