Jakarta, Sinata.id – Istana Kepresidenan membantah informasi yang beredar mengenai adanya korban meninggal dunia dalam aksi demonstrasi menuntut pencopotan Bupati Pati, Sudewo, di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Rabu, 13 Agustus 2025. Aksi tersebut juga diketahui menolak kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menegaskan bahwa pemerintah telah melakukan verifikasi atas kabar tersebut demi menghindari penyebaran informasi yang keliru. Ia menyebut, hasil penelusuran tidak menemukan adanya korban jiwa sebagaimana ramai diberitakan di media sosial.
“Kami sudah melakukan pengecekan. Sampai saat ini tidak ditemukan laporan resmi terkait korban meninggal dunia,” ujar Prasetyo di Istana Merdeka, Jakarta, dikutip Kamis, 14 Agustus 2025.
Baca Juga: Demo Besar di Pati Ricuh, Bupati Tolak Mundur, Berujung Dua Korban Jiwa
Meski menghargai hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, pemerintah pusat mengimbau seluruh pihak menjaga ketertiban dan menahan diri. Prasetyo juga mengingatkan para pejabat, baik di tingkat daerah maupun pusat, untuk lebih berhati-hati dalam menetapkan serta mengomunikasikan kebijakan kepada publik.
Pernyataan serupa juga disampaikan Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Komisaris Besar Artanto. Ia menegaskan bahwa hasil investigasi kepolisian menunjukkan nihil korban jiwa dalam kericuhan yang terjadi di depan Kantor Bupati Pati.
“Sampai sore ini, dari hasil penelusuran kami, tidak ada korban yang meninggal dunia,” kata Artanto dalam keterangan persnya.
Kendati demikian, Artanto mengungkapkan bahwa terdapat 34 orang mengalami luka-luka akibat bentrokan tersebut, terdiri dari warga dan aparat kepolisian. Tujuh di antaranya merupakan anggota Polri yang mengalami luka fisik.
“Seluruh korban saat ini mendapatkan penanganan medis di Rumah Sakit Soewondo. Rata-rata mengalami luka lebam, sobek pada kulit, benturan di kepala, serta sesak napas akibat gas air mata,” jelasnya.
Kericuhan sendiri dipicu setelah Bupati Pati, Sudewo, keluar menemui massa menggunakan kendaraan taktis. Saat menyampaikan permohonan maaf dari atas kendaraan, ia mendapat lemparan botol air mineral dan sandal dari arah kerumunan. Aparat segera membentuk barikade menggunakan perisai anti-huru-hara untuk melindungi bupati, sebelum akhirnya ia kembali masuk ke dalam kendaraan. (*)