oleh: Pastor Dion Panomban
Saat Teduh Abba Home Family Jumat, 10 Oktober 2025.
Setiap manusia pasti mendambakan jalan keluar dalam hidupnya. Kita semua ingin terbebas dari masalah, penderitaan, dan tekanan hidup. Baik itu jalan keluar dari sakit penyakit, kemiskinan, konflik, masalah keluarga, maupun pergumulan lainnya.
Keinginan untuk menemukan solusi adalah hal yang wajar. Namun, sering kali manusia berusaha mencari jalan keluar dengan caranya sendiri — mengandalkan kekuatan pribadi, orang lain, atau sistem dunia. Padahal tidak semua jalan yang tampak baik di mata manusia membawa kepada kehidupan.
Alkitab menyingkapkan bahwa ada dua jenis jalan keluar yang sering dicari manusia:
1. Jalan Kutuk
Yeremia 17:5-8 (TB)
“Beginilah firman TUHAN: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik.
Inilah jalan yang ditempuh banyak orang:
Mengandalkan manusia, diri sendiri, atau kekuasaan dunia.
Jalan ini tampak menjanjikan di awal, tetapi berakhir pada kebuntuan.
Ketika hati kita berpaling dari Tuhan, maka tidak ada aliran kehidupan yang menghidupkan jiwa. Hasilnya hanyalah kering, putus asa, dan kehilangan damai sejahtera.
2. Jalan Berkat (Jalan Tuhan): Bertobat
Matius 4:17 (TB)
“Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”
Yeremia 17:7 (TB)
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”
Jalan Tuhan selalu dimulai dengan pertobatan. Ketika seseorang berbalik dari jalannya sendiri dan kembali kepada Tuhan, maka ia menemukan jalan keluar yang sejati.
Jalan Tuhan bukan sekadar melepaskan kita dari masalah, tetapi mengubah hati kita agar tetap berakar di dalam Dia.
Firman yang Menumbuhkan Hidup
Matius 13:19–23 (TB)
Dalam perumpamaan tentang penabur, Yesus menjelaskan bahwa firman Tuhan diibaratkan sebagai benih yang ditaburkan ke berbagai jenis tanah hati manusia.
Ada yang jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu, di semak duri, dan di tanah yang baik.
Firman itu sama, tetapi hasilnya berbeda tergantung dari kondisi hati penerimanya.
Hati yang keras, dangkal, atau penuh kekuatiran tidak akan pernah menghasilkan buah rohani. Tetapi hati yang lembut, terbuka, dan taat akan berbuah melimpah — tiga puluh, enam puluh, bahkan seratus kali lipat.
Pertanyaan Perenungan:
1. Mengapa benih Firman itu tidak bertumbuh dan berbuah?
Karena hati manusia sering dikuasai oleh kekuatiran, kesenangan dunia, dan tidak berakar dalam Firman (ayat 19–22).
2. Seperti apakah tanah hatimu?
Apakah keras seperti jalan, dangkal seperti tanah berbatu, tertutup semak duri, atau lembut seperti tanah yang baik?
3. Apa yang lebih menghalangi kamu untuk bertumbuh?
Mungkin kekuatiran hidup, ambisi dunia, atau keengganan untuk taat.
4. Mengapa orang sulit mengerti Firman?
Karena si jahat merampas benih itu sebelum berakar (ayat 19).
5. Apa dampak ketika orang mengerti Firman?
Ia berbuah lebat dan menjadi berkat bagi banyak orang (ayat 23).
6. Bagaimana caramu mengerti Firman?
Dengan hati yang rendah, mau diajar, dan terus membangun relasi pribadi dengan Tuhan melalui doa dan ketaatan setiap hari.
Jalan keluar sejati bukan ditemukan di luar sana, tetapi dimulai di dalam hati yang kembali kepada Tuhan.
Ketika kita bertobat, percaya, dan menaruh harapan sepenuhnya kepada Yesus, maka kita akan berjalan di jalan berkat — jalan yang penuh damai, pengharapan, dan buah yang kekal.
Amsal 3:5–6 (TB)
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Selamat bersaat teduh. Syalom. (A27)