Jepang, Sinata.id – Otoritas kesehatan Jepang telah menetapkan status epidemi influenza nasional menyusul lonjakan kasus yang muncul lima minggu lebih awal dari musim-musim sebelumnya.
Para ahli memperingatkan bahwa virus flu kali ini menunjukkan perkembangan dan penularan yang lebih cepat dan efisien, memicu kekhawatiran global.
Wabah dini ini telah membebani sistem kesehatan Jepang, mengakibatkan rumah sakit penuh dan memaksa ratusan sekolah di berbagai wilayah ditutup.
Para peneliti global juga mencatat tren serupa di berbagai negara, menggarisbawahi perlunya peningkatan kewaspadaan.
“Musim flu datang sangat lebih awal tahun ini. Dalam perubahan lingkungan global seperti sekarang, hal seperti ini bisa menjadi lebih sering terjadi,” ujar Prof Yoko Tsukamoto, ahli kesehatan dari Health Sciences University of Hokkaido, seperti dikutip dari South China Morning Post.
Penyebaran yang cepat ini diduga dipicu oleh dua faktor utama: perubahan perilaku virus dan peningkatan mobilitas masyarakat pascapandemi.
Menurut Tsukamoto, riset terbaru menunjukkan virus influenza kini menyebar lebih efisien dan mulai menunjukkan tanda resistansi terhadap pengobatan konvensional.
Kombinasi faktor ini, kata dia, menjelaskan mengapa Jepang mengalami musim flu paling awal kedua dalam dua dekade terakhir.
Pejabat kesehatan juga menunjuk pada kembalinya aktivitas pariwisata massal dan mobilitas tinggi masyarakat sebagai pemicu signifikan.
Sirkulasi orang yang lebih besar di dalam dan luar negeri mempercepat perpindahan virus melintasi batas wilayah dan negara.
“Kami melihat sirkulasi orang yang lebih besar, baik di Jepang maupun di seluruh dunia, dengan orang-orang membawa virus ke tempat-tempat baru, yang merupakan faktor lain di balik adaptasi virus terhadap lingkungan baru,” jelas Tsukamoto.
Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan status epidemi pada 3 Oktober setelah mencatat 4.030 pasien dirawat di rumah sakit rujukan nasional selama pekan yang dimulai 22 September.
Angka ini naik 957 kasus dari minggu sebelumnya dan melampaui ambang batas epidemi (rata-rata 1,04 pasien per fasilitas).
Pada periode yang sama, sebanyak 135 sekolah, taman kanak-kanak, dan pusat penitipan anak terpaksa ditutup karena wabah, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
Wilayah Yamagata, Okinawa, Tokyo, dan Kagoshima menjadi daerah yang paling terdampak.
Mengingat puncak musim flu diperkirakan datang lebih cepat, Prof Tsukamoto mendesak masyarakat untuk segera mendapatkan vaksinasi influenza.
Imbauan ini sangat ditekankan untuk kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan penyakit kronis.
“Masyarakat perlu mengambil tindakan pencegahan yang masuk akal,” tegasnya, seraya mengingatkan pentingnya mencuci tangan secara teratur.
Struktur di atas menempatkan informasi paling penting (penetapan status epidemi dan lonjakan kasus dini) di awal, diikuti dengan rincian (dampak, pernyataan ahli, penyebab, dan data statistik), dan diakhiri dengan informasi latar belakang atau kurang mendesak (imbauan dan tindakan pencegahan). (A58)