Oleh: St. Ferry SP Sinamo, SH, MH, CPM, CPArb
Sinata.id – Bagi umat Kristen, Paskah adalah perayaan iman yang paling agung dan mendalam, karena menandai kemenangan Yesus Kristus atas dosa dan maut melalui kebangkitan-Nya dari kematian.
Salib Sebagai Wujud Penebusan
Paskah bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan inti dari keselamatan yang dijanjikan Allah dalam Alkitab. Perayaan ini berakar dari tradisi Yahudi “Pesach” yang memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan Mesir, namun dalam terang Perjanjian Baru, maknanya diperluas: Yesus, Anak Domba Allah, menjadi korban Paskah yang sejati (1 Korintus 5:7), menggenapi nubuatan dan memberikan hidup kekal bagi semua yang percaya kepada-Nya.
Paskah pertama kali dirayakan oleh Gereja mula-mula sebagai momen sukacita atas kebangkitan Kristus pada hari ketiga setelah penyaliban-Nya, dan sejak saat itu, menjadi puncak kalender liturgi Kristen.
Pendahuluan
Penderitaan Tuhan Yesus Kristus menjelang dan saat penyaliban merupakan inti dari karya penebusan manusia. Melalui Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, kita melihat bukti kasih Allah yang tidak berkesudahan.
Inilah kasih yang rela mengorbankan diri demi menyelamatkan umat manusia. Salib bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi menjadi dasar iman, harapan, dan kasih bagi seluruh umat percaya.
I. Rangkaian Penderitaan Tuhan Yesus Kristus
1. Doa di Taman Getsemani (Luk 22:39–46)
Yesus berdoa dalam kesedihan dan kegelisahan yang dalam, bahkan peluh-Nya seperti darah. Ini menggambarkan tekanan rohani dan emosional yang amat berat. Dalam momen ini, Yesus menunjukkan ketaatan mutlak kepada kehendak Bapa.
2. Pengkhianatan oleh Yudas (Mat 26:47–50)
Dengan ciuman, Yudas menyerahkan Yesus kepada para serdadu. Sebuah pengkhianatan yang datang dari orang terdekat, menunjukkan betapa Yesus benar-benar merasakan luka hati seorang manusia.
3. Penangkapan dan Penahanan
Yesus ditangkap, dibawa ke hadapan Imam Besar Kayafas, dan diadili secara tidak adil dengan tuduhan palsu. Dia diam saat difitnah, sebagai lambang kesabaran dan kerendahan hati.
4. Dihina dan Dianiaya
Yesus dipukul, diludahi, dimahkotai duri, dan dipakaikan jubah ungu sebagai ejekan atas klaim-Nya sebagai Raja (Mat 27:29–31). Ia dihina tanpa membalas, menggenapi nubuat dalam Yesaya 53:3-7.
5. Dihadapkan kepada Pilatus dan Herodes (Luk 23:1–12)
Walaupun tidak ditemukan kesalahan, Yesus tetap dijatuhi hukuman mati karena tekanan massa. Pilatus mencuci tangan, tetapi dunia tidak bisa mencuci tanggung jawab atas penyaliban Sang Juruselamat.
6. Dicambuk (Yoh 19:1)
Cambukan Romawi menyebabkan luka-luka parah dan penderitaan luar biasa. Tubuh-Nya yang tak bercela dicabik demi menyembuhkan luka jiwa dan dosa manusia.
7. Memikul Salib (Yoh 19:17; Luk 23:26)
Dalam keadaan lemah dan berdarah, Yesus memikul salib-Nya menuju Golgota. Simon dari Kirene membantu-Nya, menjadi lambang bahwa salib Kristus kini dipikul bersama oleh umat-Nya.
8. Penyaliban di Golgota (Luk 23:33–46)
Yesus dipaku di kayu salib, tergantung dalam penderitaan, menghadapi ejekan dan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya. Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34)
9. Kematian (Yoh 19:30)
Setelah sekitar enam jam, Ia berseru, “Sudah selesai.” Misi penebusan dosa manusia telah sempurna. Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas ke bawah, menandai terbukanya jalan langsung kepada Allah.
10. Penusukan oleh Tombak (Yoh 19:34)
Seorang prajurit menusuk lambung-Nya, keluarlah darah dan air. Darah sebagai lambang penebusan, air sebagai lambang kehidupan baru dalam Roh Kudus.
II. Kasih yang Tidak Berkesudahan (Ratapan 3:22-23)
Kasih Tuhan tidak terbatas oleh waktu atau kondisi. Ia tetap setia, mengampuni, dan memulihkan. Bahasa Ibrani menyebut kasih ini sebagai “chesed,” yakni kasih setia yang abadi. Kasih ini tidak berubah meski manusia berubah.
III. Salib sebagai Wujud Kasih dan Penebusan (Yoh 15:13)
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yesus, Anak Domba Allah, menanggung dosa dunia (Yes 53:5), dan salib menjadi lambang kasih Allah yang terbesar. Ia tidak hanya mati untuk sahabat-Nya, tetapi juga untuk musuh-Nya (Roma 5:8).
IV. Respons Iman Kita
Hidup dalam kasih tanpa syarat (1 Yoh 4:7-8): Kasih adalah identitas sejati orang percaya.
Mengampuni seperti Kristus (Ef 4:32): Pengampunan membuka jalan bagi pemulihan.
Memikul salib dan hidup dalam kebenaran (Luk 9:23): Mengikuti Kristus berarti menyangkal diri setiap hari.
V. Relevansi dalam Kehidupan Saat Ini
Kita semua membutuhkan kasih yang menyembuhkan luka dan pengkhianatan dunia. Dalam dunia yang penuh ketidakadilan, kasih Kristus menjadi jawaban.
Salib menjadi titik balik hidup baru. Salib memampukan kita mengampuni, mengasihi, dan berharap.
Kasih Allah mengubahkan karakter kita. Kasih sejati mematahkan keegoisan dan membentuk kita menjadi serupa Kristus.
VI. Janji dan Upah Bagi yang Percaya
Kehidupan kekal (Yoh 3:16): Hadiah terbesar dari kasih Allah.
Damai sejahtera dan sukacita (Roma 5:1): Bukan hanya di surga, tetapi juga dalam hidup sehari-hari.
Status sebagai anak-anak Allah (Yoh 1:12): Kita menjadi ahli waris Kerajaan.
Mahkota kehidupan (Yak 1:12): Janji bagi yang setia sampai akhir.
Salib bukan hanya simbol penderitaan, tetapi juga bukti kasih Allah yang tak berkesudahan. Kristus tidak hanya mati, tetapi Ia bangkit dan hidup. Kasih-Nya mengajak kita untuk hidup dalam penyerahan total, mengasihi tanpa syarat, dan setia sampai akhir. Di tengah dunia yang penuh luka, salib tetap menjadi tanda harapan.
“Karena di balik salib ada kemenangan, dan di balik kasih ada kehidupan kekal.” (*)