Sinata.id – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) angkat suara terkait isu pembiayaan utang Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh, yang belakangan menjadi sorotan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dikabarkan enggan menutup pembiayaan proyek ini.
Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, menegaskan bahwa pihaknya memahami kekhawatiran pemerintah terkait investasi besar ini. Menurut Eva, dukungan pemerintah tetap menjadi kunci untuk menemukan solusi yang tepat bagi penyelesaian utang dan kelangsungan layanan Whoosh.
“Saat ini, KCIC aktif berkoordinasi dan melakukan rapat teknis dengan seluruh stakeholder, termasuk Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur, BP BUMN, BPI Danantara, serta pemegang saham dari Indonesia dan China, untuk memastikan keberlanjutan layanan jangka panjang,” ujar Eva, dilansir Bloomberg, Selasa (14/10/2025).
Koordinasi juga dilakukan dengan perwakilan Pemerintah China, sehingga setiap langkah strategis dibahas dan disepakati bersama kedua belah pihak.
Eva mengungkapkan, KCIC mengembangkan berbagai langkah untuk menjaga keberlanjutan kereta cepat, baik dari sisi railway business maupun non-railway business.
Baca Juga: Platform X Diwajibkan Bayar Denda Rp78 Juta, Kemkomdigi Jatuhi Teguran Ketiga
Dalam hal operasional, kereta cepat telah melayani lebih dari 11,7 juta penumpang sejak pertama kali beroperasi. Peningkatan jumlah penumpang yang terus terjadi menunjukkan bahwa Whoosh menjadi salah satu pilihan transportasi utama bagi masyarakat Jakarta–Bandung.
Beberapa program yang diterapkan KCIC antara lain sistem dynamic pricing, kartu langganan Frequent Whoosher Card, layanan rombongan, program edutrip, serta promo khusus melalui Boarding Pass True Value yang memberikan diskon di restoran dan destinasi wisata. Selain itu, KCIC menjalin kerja sama dengan operator transportasi lain untuk meningkatkan aksesibilitas menuju stasiun Whoosh.
Di sisi non-kereta, KCIC mengembangkan sumber pendapatan tambahan seperti Naming Rights, penyewaan area retail, advertising, fasilitas parkir, Whoosh Official Merchandise, branding, hingga pengembangan properti di sekitar stasiun.
“KCIC optimis layanan Whoosh akan terus diminati masyarakat, menghadirkan mobilitas modern, sekaligus memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah sepanjang jalur kereta,” tambah Eva.
Di balik kecepatan Whoosh, proyek ini ternyata menyimpan beban finansial yang sangat besar. Nilai investasi yang semula diperkirakan US$6 miliar kini membengkak menjadi US$7,27 miliar atau lebih dari Rp115 triliun.
Sekitar 75% pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan tenor hingga 40 tahun, sementara sisanya berasal dari modal konsorsium pemegang saham. Pinjaman utama dikenakan bunga sekitar 2% per tahun, sedangkan dana tambahan akibat pembengkakan biaya mencapai 3,4%.
Dengan total pinjaman US$4,55 miliar, beban bunga tahunan Whoosh mendekati US$120 juta atau sekitar Rp1,9 triliun, angka yang sangat besar bagi proyek yang baru mulai beroperasi. [zainal/a46]