Oleh: Pdt Mis. Ev. Daniel Pardede,SH.
MH
(Amsal 19:10)
“Kemewahan tidak layak bagi orang bebal; apalagi seorang budak memerintah pembesar.”
Shalom, saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan —Kita adalah mutiara-mutiara Kerajaan Allah, yang dahulu tak berharga, namun kini telah disucikan oleh Darah Yesus Kristus. Setelah mengalami pertobatan dan kelahiran baru, kita belajar melihat kehidupan bukan dari ukuran dunia, melainkan dari hikmat Firman Tuhan.
Firman hari ini mengingatkan kita tentang bahaya kemewahan yang tidak pada tempatnya. Tuhan tidak melarang umat-Nya untuk diberkati atau hidup berkecukupan. Namun, Tuhan memelihara orang-orang yang hidupnya sederhana, walaupun hartanya berlimpah (Mazmur 116:6).
Rasul Paulus pun menasihatkan, “Kaum wanita hendaklah hidup sopan dan sederhana” (1 Timotius 2:9-15), dan “Kaum pria hendaklah hidup bijak dan sederhana” (Titus 2:2).
Artinya, ukuran kemuliaan seorang anak Tuhan bukan pada pakaian, rumah, atau kendaraan mewah — melainkan pada kerendahan hati dan kesalehan hidupnya.
Orang Bebal dan Kemewahan
Orang bebal adalah orang yang tidak menyadari siapa dirinya. Ia miskin tapi merasa kaya, bodoh tapi merasa pintar, tidak berdaya tapi merasa berkuasa. Ketika orang seperti ini hidup dalam kemewahan, sesungguhnya ia sedang mempermalukan dirinya sendiri.
Amsal berkata:
“Kemewahan tidak layak bagi orang bebal; apalagi seorang budak memerintah pembesar.”
Bagaimana mungkin seorang budak memerintah seorang pembesar? Bahkan duduk berdampingan saja tidak layak, apalagi memerintah. Hal yang sama terjadi ketika seseorang yang belum layak memamerkan kemewahan—hal itu menimbulkan kejanggalan dan akhirnya kehinaan.
Yesus juga menasihati dalam Lukas 14:8-9 agar jangan duduk di tempat kehormatan ketika diundang ke pesta. Sebab bisa saja ada yang lebih layak daripada kita, dan kita akan dipermalukan di depan banyak orang.
Bahaya Pamer Kemewahan
Dalam dunia modern ini, banyak orang terjebak dalam budaya pamer kemewahan — entah lewat media sosial, gaya hidup, atau kebiasaan yang menonjolkan diri. Bahkan tidak sedikit pejabat dan tokoh publik yang jatuh karena kesombongan mereka sendiri.
Firman Tuhan berkata dengan tegas:
“Barangsiapa meninggikan dirinya, akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan dirinya, akan ditinggikan.” (Lukas 14:11)
Kita dipanggil bukan untuk memamerkan apa yang kita punya, tetapi untuk memancarkan kasih Kristus dalam kesederhanaan hidup. Kesederhanaan bukan berarti miskin, tetapi tanda bahwa kita sadar — semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Tuhan.
Saudaraku terkasih,
Kemewahan tanpa hikmat adalah jebakan kesombongan. Tetapi kesederhanaan yang disertai kerendahan hati adalah mahkota kemuliaan di hadapan Allah.
Hiduplah sederhana, berpikirlah bijak, dan biarlah hidupmu menjadi kemuliaan bagi Kristus, bukan tontonan dunia.
Shalom dan selamat beraktivitas dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.(A27)