Oleh: Pdt Mis. Ev. Daniel Pardede,SH.MH
Kerinduan kepada Allah adalah kebutuhan rohani terdalam setiap umat Tuhan. Dalam Mazmur 42:1-12, pemazmur mengungkapkan kerinduan mendalam untuk datang dan melihat Allah. Ia berkata, “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa Allah yang kita sembah adalah El Khay—Allah yang hidup, berkuasa, dan hadir nyata dalam kehidupan umat-Nya.
Banyak bagian Alkitab menyebutkan bahwa manusia tidak sanggup melihat Tuhan karena kemuliaan-Nya yang begitu dahsyat. Ini bukan kontradiksi, melainkan penegasan bahwa Allah hidup dalam kemuliaan yang tak tertandingi oleh manusia fana. Namun, kerinduan untuk mendekat kepada Tuhan tetap diberikan dalam hati setiap orang percaya. Di satu sisi manusia gentar, di sisi lain roh kita sangat rindu untuk berada dekat dengan-Nya—karena Ia adalah sumber kehidupan.
Alkitab memperkenalkan Allah dengan berbagai nama sesuai karya-Nya:
* El Khay – Allah yang hidup
* El Roi – Allah yang melihat
* El Shaddai – Allah yang Maha Kuasa
Ketiga sifat ini meneguhkan bahwa Allah bukan hanya hidup, tetapi Ia melihat pergumulan kita, mendengar seruan kita, dan berkuasa menolong.
Kesaksian Ayub menjadi salah satu yang paling luar biasa dalam Alkitab. Dalam kondisi penderitaan yang ekstrem—kehilangan seluruh harta, sepuluh anaknya yang meninggal, para budak yang lenyap, ditambah penyakit yang sangat parah—Ayub tetap menyatakan iman teguhnya. Ia berkata:
“Aku tahu Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa daging pun aku akan melihat Allah.”
(Ayub 19:25-26)
Di tengah penderitaan yang tidak tertandingi, Ayub tetap rindu melihat Allah yang hidup. Iman seperti inilah yang meneguhkan kita bahwa perjumpaan dengan Tuhan adalah pengharapan kekal yang tidak dapat diambil oleh siapapun.
Seperti pemazmur yang merindukan Allah bagaikan rusa yang haus merindukan aliran sungai, demikianlah seharusnya kerinduan hati kita. Pertanyaannya: apakah kita sudah siap berjumpa dengan Tuhan? Mereka yang hidup bersama Dia akan menikmati kehidupan kekal tanpa kematian kedua, karena Allah adalah El Khay—Allah yang hidup selama-lamanya.
Pamungkas:
Kiranya kerinduan kita kepada Allah yang hidup semakin menyala, hingga hari ketika kita melihat Dia muka dengan muka, sumber hidup kekal bagi setiap orang yang percaya.
Shalom.( A27).