Simalungun, Sinata.id – Bila hujan deras turun, sejumlah kawasan di Kecamatan Panei Tonga akan dilanda banjir. Hal itu terjadi, pasca Kebun Mardjanji dikonversi dari kebun teh menjadi kebun kelapa sawit lebih dari satu dasawarsa yang lalu.
Demikian kesaksian sejumlah warga Karang Anom, Kelurahan Panei Tonga, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, saat ditemui, Rabu 23 Juli 2023, tidak jauh dari areal Kebun Mardjanji.
Di salah satu warung kopi di Karang Anom, Oppung Jonatan Sialagan (demikian panggilannya), bercerita tentang dampak yang dialami warga setelah tanaman Kebun Mardjanji dikonversi dari tanaman teh menjadi kelapa sawit.
Menurut Sialagan, setelah Kebun Marjanji dikonversi, kawasan sekitar kebun kerap dilanda banjir. Terutama kawasan yang ada di Kelurahan Panei Tonga.
Bahkan, sebutnya, banjir yang melanda Kelurahan Panei Tonga cukup parah, bila hujan deras turun. Katanya, ketinggian air bah, terkadang melampaui lutut orang dewasa.
“Banjir terjadi sejak kebun ini (Kebun Marjanji) jadi sawit. Kalau waktu (masih kebun) teh, gak ada banjir. Sejak sawit inilah,” kata Oppung Jonatan Sialagan, hal itu dibenarkan rekannya yang dipanggil Oppung Farhan Nainggolan.
Sedangkan dari dampak banjir, sebut Sialagan, jalan lintas Siantar-Saribudolok di kawasan Kelurahan Panei Tonga dan Marjanji macet total.
Kemudian, pipa yang dibangun melalui program PAM Simas untuk saluran air bersih warga, sering putus terkena terjangan air bah. Warga pun sudah berulang kali melakukan perbaikan, dengan menggunakan dana patungan warga. Pipa itu berada di dekat sungai Bah Binoman Panei Tonga.
Pernyataan Oppung Jonatan Sialagan dan Oppung Farhan Nainggolan ini, menguatkan pendapat Anggota DPRD Simalungun dari PDI Perjuangan Maraden Sinaga.
Menurut Maraden Sinaga, konversi tanaman kebun teh ke sawit telah terbukti menghadirkan bencana banjir di berbagai daerah di Kabupaten Simalungun.
Hal itu dapat dilihat dari konversi kebun teh ke sawit yang telah terjadi beberapa dasawarsa yang lalu pada pada Kebun Mardjanji di Kecamatan Panei Tonga. Pasca konversi, banjir pun kerap melanda kawasan Mardjanji dan Panei Tonga.
Begitu pula dengan kawasan menuju Tanah Jawa, juga sering dilanda banjir. “Berdasarkan fakta dilapangan, bahwa, banjir Mardjanji, di Panei itu dan banjir ke arah Tanah Jawa, itu kan semua luapan dari kebun sawit. Dampak dari kebun sawit,” ujar Maraden Sinaga, Anggota DPRD Simalungun dari Fraksi PDI Perjuangan.
Selain ancaman bencana, konversi juga harus ditolak, karena merusak sejarah panjang Kabupaten Simalungun. Sebab pada logo, terdapat gambar daun teh.
“Kita gak sepakat kalau itu dikonversi. Bukan hanya persoalan bencana nantinya, tapi itu sejarah panjang Kabupaten Simalungun. Logo kita kan juga dari teh. Kalau itu dirubah, rubah lah logonya jadi sawit,” ujarnya.
Untuk itu, Maraden menegaskan agar Pemkab Simalungun segera bersikap tegas untuk menggagalkan rencana PTPN 4 melakukan konversi kebun teh ke sawit di seluruh wilayah Kabupaten Simalungun.
“Pemkab tak boleh tedeng aling-aling, harus tolak. Karena gak ada keuntungannya kok,” pungkasnya. (*)