Oleh: Pdt Mis.Ev.Daniel Pardede,SH.MH
SARAPAN PAGI KRISTEN – Prison Hospital Crusade Daniel Pardede Ministry kembali menyampaikan renungan rohani dengan mengambil nats dari Yakobus 4:5, yang menegaskan sifat Allah sebagai El Qanna, Tuhan yang Maha Cemburu.
Ayat tersebut berbunyi: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci berkata: Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu.” Renungan ini menjadi kelanjutan dari pesan sebelumnya mengenai El Mukhadesu, Tuhan yang Maha Adil dan Benar, sebagaimana disampaikan melalui Ulangan 32:3–4.
Dalam penyampaiannya, Sarapan Pagi menggambarkan bahwa sejak awal penciptaan, manusia sudah cenderung menyimpang dari kehendak Tuhan. Adam dan Hawa melanggar perjanjian Allah dengan memakan buah yang dilarang—sebuah gambaran tentang tindakan manusia yang berbuat dosa. Pelanggaran ini memicu kecemburuan dan murka Tuhan.
Contoh serupa tampak dalam peristiwa ketika Harun membuat patung lembu emas sebagai pengganti Tuhan bagi bangsa Israel. Demikian pula kota Niniwe, Sodom, dan Gomora, yang melakukan kejahatan, menyembah berhala, dan melakukan praktek sihir serta perdukunan, sehingga menimbulkan amarah Tuhan.
Musa menerima Sepuluh Hukum di Gunung Sinai, dan hukum pertama menegaskan: “Jangan ada padamu ilah lain selain daripada-Ku.” Penekanan ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya mendua hati. Dalam renungan tersebut ditegaskan bahwa Tuhan akan cemburu bila seseorang beribadah kepada Yesus, tetapi juga menyembah ilah lain berupa patung, lukisan, batu-batu besar, gunung-gunung, atau roh orang mati.
Kitab Suci memberi peringatan mengenai bahaya hati yang mendua:
1. Yakobus 1:8 – “Orang yang mendua hati tidak pernah tenang hidupnya.”
2. Ulangan 27:16 – “Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau tuangan.”
3. Yakobus 4:7–8 – Ajakan untuk tunduk kepada Allah, melawan Iblis, dan menyucikan hati dari sikap mendua.*
Renungan ini menegaskan bahwa larangan Tuhan terhadap sikap mendua hati sangat jelas. Perbandingan dibuat dengan kehidupan manusia: ketika pasangan mendua hati, sakit hati sering terjadi dan tidak jarang berujung pada perceraian maupun tindakan fatal lain. Dengan pengorbanan Yesus yang sudah menderita, mati, dan bangkit demi keselamatan manusia, renungan ini mengajak umat untuk merenungkan kembali kesetiaan mereka kepada Tuhan.
Pertanyaan yang diajukan kepada jemaat: Masihkah hidup kita mendua hati terhadap Tuhan? Renungan ditutup dengan seruan untuk kembali kepada Tuhan dan bertobat.
“Tuhan menginginkan hati yang murni dan tidak terbagi. Barangsiapa mendekat kepada Allah, Ia akan mendekat kepadanya. Karena itu, tinggalkanlah segala berhala dalam hidup, dan kembalilah kepada kasih Tuhan yang cemburu tetapi penuh belas kasih.(A27).