Sinata.id – Suasana duka masih menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Rabu (1/10/2025), tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi dua santri dari tumpukan beton yang menimpa asrama putra. Namun, harapan untuk menemukan semua korban dalam kondisi selamat kembali pupus. Salah satu santri yang ditemukan sudah tidak bernyawa, sehingga total korban meninggal dunia kini menjadi empat orang.
Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii. “Hari ini kami temukan dua korban. Satu selamat, satu lainnya meninggal dunia. Kami sudah serahkan ke tim medis untuk penanganan lebih lanjut,” ucapnya.
13 Santri Masih Terjebak
Sejak tragedi robohnya bangunan tiga lantai yang tengah dalam tahap pembangunan pada Senin sore lalu, jumlah korban terus bertambah. Basarnas mencatat, 13 santri berhasil diselamatkan dari reruntuhan, sementara empat orang meninggal dunia. Data BNPB bahkan memperkirakan 91 santri masih tertimbun berdasarkan absensi harian pesantren.
“Hitungan kami masih ada 91 yang belum keluar. Tim masih bekerja keras untuk mengevakuasi mereka,” ungkap Abdul Muhari, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB.
Hingga hari ini, tercatat 98 orang santri mengalami luka-luka, mulai dari ringan hingga berat. Posko darurat BNPB yang didirikan di sekitar pesantren terus menerima laporan baru dari keluarga maupun pihak pesantren.
Detik-Detik Runtuhnya Musala
Musibah ini terjadi pada Senin (29/9), saat ratusan santri sedang melaksanakan salat Asar berjemaah di musala lantai dua. Bangunan yang sejatinya masih dalam tahap renovasi mendadak runtuh usai pengecoran lantai tiga.
Pengasuh Ponpes, KH Abdus Salam Mujib, menjelaskan bahwa pembangunan sudah berjalan sembilan bulan dan saat itu tengah memasuki tahap akhir. “Pengecoran terakhir di lantai tiga dilakukan dari pagi sampai siang. Tiba-tiba sore hari, bangunan ambrol dan menimpa lantai di bawahnya,” tuturnya.
Kondisi bangunan yang masih rawan roboh membuat proses evakuasi berlangsung ekstra hati-hati. Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), yang meninjau langsung lokasi, menegaskan bahwa penggunaan alat berat belum bisa dilakukan secara sembarangan.
“Ini pekerjaan yang sangat berisiko. Kalau salah langkah, bukan hanya korban, tim penyelamat pun bisa terancam. Jadi, semuanya harus ditangani dengan penuh keahlian,” ujar Gus Ipul.
Tim SAR bekerja 24 jam tanpa henti, dibagi dalam beberapa sektor. Dari 15 titik yang sudah dipetakan, baru sebagian kecil yang berhasil dibuka. Cuaca dan kondisi reruntuhan menjadi tantangan terbesar dalam operasi pencarian.
Pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten disebut Gus Ipul bergerak bersama. Berbagai kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, tenda darurat, hingga dapur umum sudah tersedia. Kementerian Sosial juga memastikan santunan diberikan untuk para korban jiwa tanpa ada pembedaan.
“Setelah evakuasi selesai, kita akan bicarakan rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan. Untuk sekarang, fokus kita adalah menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Suasana haru terus menyelimuti keluarga santri yang menunggu kabar di sekitar lokasi. Banyak dari mereka hanya bisa pasrah sambil berharap mukjizat masih ada di balik puing-puing beton yang menelan anak-anak mereka.
“Mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia, agar semua proses ini berjalan lancar dan korban bisa segera ditemukan,” pungkas Gus Ipul. (A46)