Sinata.id – Tekanan besar kini menggelayuti bahu Patrick Kluivert. Pelatih kepala Timnas Indonesia itu tengah berada di titik krusial, di mana harapan jutaan rakyat Indonesia bersandar pada strategi dan keberaniannya menantang Irak dalam laga hidup-mati Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kekalahan tipis dari Arab Saudi masih membekas, namun Kluivert menolak tenggelam dalam bayang-bayang kegagalan. Kluivert menatap laga di Jeddah sebagai momentum kebangkitan Garuda, pertaruhan harga diri, semangat juang, dan mimpi besar menembus panggung dunia.
Tekanan besar, sorotan dunia, dan asa jutaan rakyat Indonesia akan kembali tertuju ke King Abdullah Sports City Stadium, Jeddah.
Dini hari Minggu (12/10/2025), skuad Garuda akan menantang Singa Mesopotamia, Irak, dalam laga krusial Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Rekor Tak Bersahabat
Secara statistik, Indonesia memang harus berjuang ekstra keras. Dari sembilan kali pertemuan, Irak memegang kendali dengan enam kemenangan, dua kali imbang, dan hanya sekali kalah dari Indonesia. Persentase kemenangan Garuda atas Irak, menurut data Transfermarkt, hanya 11,1 persen, angka yang kini jadi pemicu semangat, bukan alasan untuk gentar.
Baca Juga: Dua Syarat Mutlak Lolos Piala Dunia 2026 untuk Timnas Indonesia
Dua duel sebelumnya di tempat netral berakhir pahit. Pada Kualifikasi Piala Dunia 1974 di Sydney, Indonesia kalah tipis 2-3. Sementara di Piala Asia 2023 di Qatar, Garuda kembali tumbang 1-3. Kini, publik berharap sejarah bisa ditulis ulang di tanah Arab.
Pesan Tegas Jay Idzes dan Marc Klok
Kekalahan 2-3 dari Arab Saudi di laga pembuka memang menyakitkan. Namun, semangat juang Garuda belum padam. Kapten Jay Idzes menegaskan tekad tim untuk bangkit bersama.
“Belum berakhir. Besok kita pergi lagi, bersama sebagai satu. Kita adalah orang-orang yang percaya, kita Indonesia,” tulis Idzes di media sosialnya.
Nada serupa juga disampaikan Marc Klok, sang gelandang elegan yang tak berhenti memompa motivasi rekan-rekannya.
“Pertandingan terakhir belum sesuai harapan, tapi perjuangan belum berakhir. Kita maju terus dengan kepala tegak,” ungkapnya penuh optimisme.
Patrick Kluivert di Bawah Tekanan
Pelatih kepala Patrick Kluivert memahami betul besarnya ekspektasi publik. Sosok asal Belanda itu menegaskan seluruh tim telah menutup buku kekalahan dari Arab Saudi dan kini fokus penuh menatap Irak.
“Kami sudah membicarakan, menganalisis, dan melupakan kekalahan itu. Sekarang fokus menghadapi Irak. Ini yang terpenting bagi semua orang,” ujar Kluivert, dikutip dari Kantor Berita Antara.
Bagi Kluivert, ini bukan sekadar laga biasa, tapi ujian kepemimpinan yang menentukan nasib Indonesia di jalur menuju Piala Dunia.
Dominasi Irak di Atas Kertas
Lima pertemuan terakhir membuktikan, Irak masih jadi batu besar di jalur Garuda:
Tanggal | Laga | Skor | Ajang |
---|---|---|---|
6 Juni 2024 | Indonesia vs Irak | 0-2 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
15 Jan 2024 | Indonesia vs Irak | 1-3 | Piala Asia 2023 |
16 Nov 2023 | Irak vs Indonesia | 5-1 | Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
19 Nov 2013 | Indonesia vs Irak | 0-2 | Kualifikasi Piala Asia 2015 |
6 Feb 2013 | Irak vs Indonesia | 1-0 | Kualifikasi Piala Asia 2015 |
Namun, sepak bola selalu menyimpan kejutan. Dalam dunia yang penuh kemungkinan, satu gol bisa mengubah nasib satu bangsa.
“Belajar dari Kekalahan, Jangan Ulangi Kesalahan”
Eks pemain dan pelatih timnas, Aji Santoso, ikut memberikan pandangan tajam. Ia menilai Indonesia sempat tampil menjanjikan lawan Arab Saudi, namun kehilangan fokus di babak kedua.
“Sayang sekali, kita sudah unggul 1-0 tapi akhirnya kalah 2-3. Ini pelajaran penting,” ucap Aji melalui kanal YouTube Metro TV.
Ia menyoroti masih adanya kecerobohan di lini pertahanan, salah satunya pelanggaran yang berujung penalti bagi Arab Saudi.
“Pemain kita sedikit ceroboh dalam bertahan. Yakob Sayuri menarik kaus pemain lawan yang sebenarnya sudah kehilangan momentum. Gol itu bisa dihindari,” ujarnya.
Soal komposisi tim, Aji juga menyinggung keputusan Kluivert menurunkan Marc Klok sebagai starter, padahal di laga uji coba sebelumnya ia lebih sering jadi pemain pengganti.
“Mungkin pelatih punya pertimbangan lain. Tapi keputusan itu cukup mengejutkan,” tambahnya.
Meski begitu, Aji tetap melihat sinyal positif.
“Kita dapat penalti berarti kita menyerang. Artinya tim tidak bermain defensif total. Ini harus dipertahankan di laga berikutnya,” tuturnya. [zainal/a46/bola]