Bogor, Sinata.id – Sebuah terobosan energi terbarukan lahir dari Bogor. BOBIBOS, bahan bakar hasil olahan jerami padi, diperkenalkan PT Inti Sinergi Formula dan langsung menarik perhatian publik karena digadang mampu menggantikan bahan bakar fosil.
BOBIBOS dikembangkan untuk mengubah jerami, yang biasanya hanya dibakar di lahan, menjadi bahan bakar cair beroktan tinggi.
Melalui proses lima tahap biokimia, jerami diproses hingga menghasilkan bahan bakar dengan kualitas setara RON 98. Produk ini bahkan disebut bisa digunakan pada kendaraan bermesin bensin maupun diesel.
PT Inti Sinergi Formula menyediakan dua varian: BOBIBOS Putih untuk mesin bensin dan BOBIBOS Merah untuk mesin diesel. Satu hektare sawah diklaim mampu menghasilkan sekitar 3.000 liter bahan bakar, membuka peluang ekonomi baru dari limbah pertanian.
Teknologi di Balik Produksinya
Selain nilai komersial, BOBIBOS juga disebut punya nilai edukatif tinggi. Proses pembuatannya menyatukan ilmu kimia, bioteknologi, hingga teknik lingkungan—materi yang biasanya hanya dipahami secara teori di ruang kelas.
Tahapan utama produksinya antara lain:
-Pretreatment jerami untuk memecah lignin dan selulosa.
-Fermentasi biokimia menggunakan mikroorganisme.
-Distilasi dan pemurnian berdasarkan prinsip termodinamika.
-Uji kualitas meliputi nilai kalor, titik nyala, hingga emisi.
Melalui pendekatan ilmiah ini, pelajar bisa melihat bagaimana teori di laboratorium benar-benar diterapkan menjadi produk nyata.
Potensi dan Manfaat Lingkungan
Jika dikembangkan luas, BOBIBOS bisa membantu mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil. Pemanfaatan jerami juga mendukung konsep ekonomi sirkular, karena limbah pertanian diolah kembali menjadi energi yang bisa dipakai.
Dampak lain yang tak kalah penting, penggunaan jerami sebagai bahan baku dapat meminimalkan praktik pembakaran terbuka yang selama ini memicu polusi udara dan mengurangi kesuburan tanah. Dengan begitu, inovasi ini tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan energi dari aspek sosial hingga ekologi.
Masih Butuh Pembuktian Ilmiah
Meski menjanjikan, BOBIBOS masih berada dalam tahap uji coba dan belum mendapat izin edar dari Kementerian ESDM. Data teknis seperti komposisi kimia, efisiensi pembakaran, hingga uji emisi belum dipublikasi secara lengkap.
Sejumlah akademisi meminta adanya verifikasi independen dari lembaga riset dan universitas untuk memastikan klaim efisiensi tersebut. Ada pula perdebatan mengenai pasokan jerami dalam skala besar, serta dampaknya terhadap kesuburan tanah jika jerami tidak lagi dikembalikan sebagai bahan organik.
Meski demikian, diskusi ini dinilai sehat dan penting untuk memastikan inovasi energi berkembang secara ilmiah dan transparan.
Manfaat Pendidikan dan Pembelajaran
BOBIBOS kini banyak digunakan sebagai contoh studi kasus dalam pembelajaran sains. Melalui metode Project-Based Learning (PBL), siswa dapat:
-Memahami proses konversi biomassa menjadi energi.
-Belajar menganalisis dampak lingkungan dari energi baru.
-Menguji data dan melakukan eksperimen untuk membangun cara berpikir kritis.
Karena itu, BOBIBOS bukan hanya produk energi, tetapi juga media pembelajaran praktis yang menghubungkan teknologi, riset, dan isu keberlanjutan.
Harapan ke Depan
Sebagai inovasi berbasis sumber daya lokal, BOBIBOS memberi harapan baru bagi masa depan energi Indonesia. Meski masih memerlukan pembuktian dan penyempurnaan, langkah ini menunjukkan bahwa solusi energi bersih dapat lahir dari bahan sederhana seperti jerami.
Lebih dari sekadar bahan bakar, BOBIBOS menjadi simbol semangat kolaborasi antara teknologi, lingkungan, dan pendidikan—yang bisa menginspirasi generasi muda untuk terus berinovasi menuju masa depan energi yang lebih hijau. (*)