Sinata.id – Banjir besar menghantam Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Empat desa di Kecamatan Muara Batang Gadis seolah lenyap ditelan air, dengan ketinggian genangan di sejumlah titik dilaporkan mencapai 4 hingga 5 meter sejak akhir pekan hingga Selasa (25/11/2025).
Desa Hutarimbaru menjadi lokasi dengan situasi paling mengkhawatirkan.
Rumah-rumah warga tak lagi tampak, hanya atap yang sesekali terlihat di permukaan air kecokelatan.
Kepala Desa Hutarimbaru, Mhd Imra Irawan Lubis, menyebut banjir kali ini sebagai yang paling parah sepanjang 2025.
Sekitar 1.200 kepala keluarga dari empat desa dipaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke wilayah yang lebih tinggi.
“Empat desa terendam, air ada yang sampai empat sampai lima meter. Warga dari Hutarimbaru, Lubuk Kapundung I, Lubuk Kapundung II, dan Ranto Panjang semuanya sudah dievakuasi,” ujar Imra.
Ia menyebut sebagian besar pengungsi kini berlindung sementara di Desa Padang dan sejumlah titik aman lainnya.
Genangan air mulai masuk ke permukiman sejak Sabtu (22/11/2025).
Bukannya surut, volume air justru terus bertambah seiring hujan yang tak kunjung berhenti mengguyur kawasan tersebut.
Warga yang semula bertahan di lantai dua rumah atau loteng akhirnya menyerah, ketika arus air makin deras dan lampu mulai padam.
Di Hutarimbaru, air menutup hampir seluruh badan desa.
Jalan utama berubah menjadi arus besar, sementara pagar, kendaraan, dan perabotan rumah tangga terseret banjir.
Warga hanya bisa menyelamatkan dokumen penting dan pakaian ala kadarnya sebelum naik ke perahu karet atau rakit darurat menuju lokasi pengungsian.
Data Pusdalops BPBD Mandailing Natal mencatat, ratusan kepala keluarga di tiga desa di Kecamatan Muara Batang Gadis, yaitu Lubuk Kapundung I, Lubuk Kapundung II, dan Hutarimbaru, harus mengungsi.
Di Lubuk Kapundung I, sekitar 200 keluarga bergerak ke daerah perbukitan Banjar Garabak dan Banjar Salamat.
Sementara di Lubuk Kapundung II, sekitar 250 keluarga berlindung di balai desa dan SMA Negeri 2 Muara Batang Gadis yang difungsikan sebagai pos darurat.
Di Hutarimbaru, sedikitnya 70 keluarga memilih tinggal sementara di rumah-rumah kerabat di kawasan relokasi banjir 2009.
Baca Juga: Tidak Ada Pelukan Hangat Saat Ayah Pulang, Hanya Menatap Jenazah Tiga Anak dan Istri
Wilayah itu dinilai lebih aman karena berada di dataran yang relatif tinggi dan jauh dari aliran utama banjir.
Bencana tidak hanya menghantam Muara Batang Gadis.
Di Kecamatan Siabu, luapan Sungai Aek Badan memicu banjir dan merusak dek penahan sungai.
Air kemudian meluber ke lahan pertanian, menenggelamkan sekitar 40 hektare sawah.
Tanaman padi yang baru berusia sekitar 10 hari terendam dan terancam gagal panen.
Di Dusun Lubuk Sihim, material longsor berupa tanah, kayu, dan batu terbawa air hingga menghantam satu unit warung milik warga.