“Kami satukan seluruh kompetisi sains madrasah menjadi satu wadah bernama OMI. Tujuannya mendukung Asta Cita Presiden, khususnya cita keempat, yakni menciptakan SDM unggul yang berdaya saing global,” ujar Amin.
Dari lebih dari 204.000 peserta madrasah di seluruh Indonesia, hanya 484 siswa terbaik yang berhasil melaju ke grand final. Mereka datang membawa inovasi penelitian mulai dari bidang kesehatan, teknologi, hingga kecerdasan buatan (AI).
“Anak-anak madrasah kini tidak hanya belajar kitab, tapi juga melakukan riset empiris. Ada yang membuat alat kesehatan digital, bahkan proyek teknologi ramah lingkungan,” jelasnya.
Islam dan Teknologi Digital
OMI 2025 mengusung tema “Islam dan Teknologi Digital: Inovasi Sains untuk Generasi Indonesia Maju yang Berdaya Saing Global.”
Acara ini berlangsung di Kota Tangerang hingga 14 November 2025, diikuti peserta dari seluruh provinsi.
Ajang ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga wadah kolaborasi dan pertukaran ide antar generasi muda madrasah untuk membangun masa depan pendidikan Islam yang modern, terbuka, dan inovatif.
Baca Juga: Sinopsis “Nia”, Film Kisah Nyata Gadis Penjual Gorengan yang Jadi Korban Kejahatan di Sumbar
Madrasah adalah Masa Depan
Kemenag menegaskan, dengan arah baru ini, madrasah bukan lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan alternatif, melainkan sebagai pusat lahirnya generasi Muslim yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan moralitas.
“Madrasah adalah masa depan. Dari sinilah akan lahir generasi yang religius sekaligus cerdas digital,” pungkas Romo Syafi’i. [a46]
penulis: zainal efendi
sumber: –