Tapanuli Tengah, Sinata.id- Beberapa korban dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang terjaring di salah satu kafe di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, mendapat teror dari orang yang diduga erat kaitannya dengan kafe tempat mereka bekerja.
AIS (14), anak dibawah umur asal Padangsidempuan, mengaku mendapat teror melalui aplikasi WhatsApp. AIS diminta agar melarang orang tuanya untuk tidak mengadu ke polisi.
“Bilang nanti sama mamak mu ngak usah mau tanda tangan. Lagi pula biar aman kita. Tolong mamak (pengirim pesan) ya. Dan ngak usah kasi mamak mu pergi ke Polres,” bunyi pesan WhatsApp yang diterima AIS.
AIS mengaku oknum yang mengirimkan pesan adalah HM, yang diduga merupakan pemilik cafe.
Senada, AJA (14), korban lainnya, mengaku mendapat tekanan dari beberapa orang yang juga diduga berhubungan dengan cafe tempatnya bekerja.
AJA mendapat ancaman pasca ayahnya membuat laporan dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) ke Polres Tapteng. Ia mendapat teror dari FI dan PA melalui pesan WhatsApp.
“Yang chat, anak toke sama penjaga kafe,” ujar AJA, di Kantor Dinas Sosial Tapteng, di Pandan, Rabu (15/10/2025), siang.
Pengakuan AJA, ia sempat membalas chat yang dilayangkan FI, hingga akhirnya FI membalas dengan kalimat ” Udahlah dek, barbutnya sudah ada sama kami”, yang tidak difahami AJA maksud dari kalimat tersebut.
AJA juga mengkhawatirkan keberadaan ayahnya yang saat ini tidak bisa dihubungi, pasca membuat laporan ke Polres Tapteng, Senin (13/10/2025). Malam Selasa usai melakukan visum di RSUD Pandan, AJA tidak lagi mengetahui keberadaan ayahnya.
AJA sempat berkomunikasi dengan ayahnya lewat sambungan telepon. Ayahnya menceritakan jika ia berada disuatu tempat yang tidak ia kenal.
Dari pengakuan ayahnya lewat sambungan selluler, saat hendak mekan di Pandan, dua orang membawa ayah dan ibunya ke arah Padangsidempuan dengan menaiki sebuah mobil.
Ibunya diturunkan di Padangsidempuan. Beberapa saat kemudian, ayahnya berhasil kabur dengan cara mendobrak pintu mobil yang sedang melaju meninggalkan Kota Padangsidempuan.
“Setelah itu, ayah ngak bisa lagi dihubungi. Aku ngak tau dimana ayah sekarang. Padahal, kedatangan ayah kemari kan mau menjemput aku,” ucap AJA.
Dikebingungan yang melanda, AJA bermohon agar pihak kepolisian membantu dan melindunginya . Ia meyakini, tidak ada lagi keluarganya yang akan berani menjemputnya, karena semua sudah diteror.
“Pak Kapolres tolong aku. Ayahku tidak tau dimana keberadaannya,” lirih AJA dengan linangan air mata. (A1)