Oleh: Pdt Manser Sagala, MTh
Bagian II
Hidup meneladani Kristus dalam penuh pengorbanan secara Alkitabiah adalah inti dari panggilan orang percaya. Pengorbanan Kristus di kayu salib merupakan ekspresi kasih yang tertinggi dan menjadi standar bagi cara hidup murid-murid-Nya.
Hidup Meneladani Kristus dalam Penuh Pengorbanan
Pengorbanan Yesus Kristus memiliki dua dimensi utama:
1. Penebusan – karya sekali jadi untuk keselamatan kita.
2. Teladan – pola hidup untuk kita ikuti.
Meneladani pengorbanan-Nya berarti menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari.
1. Penyangkalan Diri dan Memikul Salib
Meneladani Kristus dimulai dengan mengalihkan fokus hidup dari diri sendiri kepada Allah dan kehendak-Nya.
Pengorbanan Kristus yang terbesar adalah merelakan kehendak-Nya sendiri demi kehendak Bapa.
Lukas 9:23
“Kata-Nya kepada semua orang: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.'”
Makna:
Memikul salib bukan hanya tentang penderitaan fisik, tetapi tentang kesediaan untuk mengalami kesulitan, penghinaan, atau ketidaknyamanan sebagai konsekuensi mengikuti Kristus, bahkan jika itu berarti mengorbankan keinginan dan ambisi pribadi. Inilah bentuk penyerahan total kepada kehendak Allah.
2. Kasih yang Rela Berkorban (Kasih Agape)
Inti dari pengorbanan Kristus adalah kasih tanpa syarat (agape). Kita dipanggil untuk mengasihi dan melayani sesama dengan kasih yang sama — kasih yang mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Yohanes 15:13
“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
1 Yohanes 3:16
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; maka kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”
Filipi 2:3–4
“Janganlah mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”
Makna:
Kasih yang rela berkorban diwujudkan dalam hal-hal praktis — waktu, tenaga, uang, dan kenyamanan — demi kebaikan orang lain tanpa mengharapkan balasan.
3. Merendahkan Diri dan Semangat Pelayan
Kristus adalah Allah yang rela mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba. Meneladani pengorbanan-Nya berarti menanggalkan kesombongan, hak istimewa, dan sikap mementingkan diri untuk melayani.
Filipi 2:5–8
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus… yang telah mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, serta taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.”
Matius 20:28
“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Makna:
Kerendahan hati berarti kesediaan untuk melepaskan hak, menerima posisi yang lebih rendah, dan melayani dengan taat seperti Kristus.
4. Mempersembahkan Diri sebagai Korban yang Hidup
Dalam Perjanjian Lama, korban adalah sesuatu yang dibaktikan sepenuhnya kepada Allah. Namun melalui Kristus, kita dipanggil bukan lagi mempersembahkan korban binatang, melainkan hidup kita sendiri sebagai korban yang hidup bagi kemuliaan Allah.
Roma 12:1
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itulah ibadahmu yang sejati.”
Makna:
Meneladani pengorbanan Kristus adalah pola hidup berkelanjutan yang berakar pada kasih Allah, diwujudkan melalui penyangkalan diri dan pelayanan rendah hati kepada sesama, dengan tujuan akhir memuliakan Bapa di Surga.
Kiranya setiap kita memiliki hati yang haus dan rindu untuk melakukan kehendak-Nya dengan pertolongan Roh Kudus, sehingga hidup kita menjadi kesaksian nyata tentang kasih dan pengorbanan Kristus.
1 Korintus 15:58
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (A27)
Pdt Manser Sagala
CP Konseling: 0811-762-709