Oleh: Pastor Dion Panomban
Saat Teduh Abba Home Family, Jumat 3 oktober 2025
Setelah beberapa waktu kita belajar mengenai mamon, pertanyaan besar muncul dalam hati: bagaimana sikap kita terhadap uang? Apakah kita menjadikan mamon sebagai tuan, ataukah kita telah menundukkannya hanya sebagai hamba? Firman Tuhan mengingatkan, hati yang benar tidak lagi terikat pada uang, tetapi menempatkan Yesus sebagai yang utama dan pertama dalam segala aspek kehidupan.
Alkitab menegaskan, kita datang ke dunia tanpa membawa apa pun dan akan kembali tanpa membawa apa-apa. Karena itu, seharusnya kita membangun hidup dengan rasa cukup dan penuh syukur. Sebab orang yang mengejar uang justru jatuh ke dalam pencobaan, nafsu yang hampa, dan akhirnya terseret dalam kebinasaan. Banyak yang telah menyimpang dari iman hanya karena mengejar uang, lalu menyiksa dirinya dengan berbagai duka.
Dalam Maleakhi 3:6-12, Tuhan dengan tegas menegur umat-Nya yang menipu Dia dalam hal persembahan persepuluhan dan persembahan khusus. Tuhan berkata: “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku.” Akibat dari ketidaktaatan itu, mereka jatuh ke dalam kutuk (ayat 9). Namun, ketika umat benar dalam hal persembahan, janji Tuhan begitu nyata: Ia akan menghardik belalang pelahap, memberkati hasil tanah, membuat pohon berbuah, dan bangsa-bangsa menyebut umat Tuhan berbahagia (ayat 11-12).
Persembahan persepuluhan bukanlah beban, melainkan bukti ketaatan, kasih, dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Ketika kita setia, tingkap-tingkap langit akan dibukakan dan berkat tercurah sampai berkelimpahan.
Mari kita kembali kepada Tuhan, hidup dalam ketaatan dan kebenaran, sebab seperti firman-Nya: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Maleakhi 3:10). Haleluya. (A27)