Oleh: Pdt Mis.Ev. Daniel Pardede., SH., MH.
Matius 5:10 (TB):
“Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.”
Sahabat Kristus, firman ini mengingatkan kita bahwa menjadi pengikut Yesus bukan berarti hidup tanpa penderitaan. Sebaliknya, banyak orang yang setia kepada Kristus justru harus menghadapi aniaya, penolakan, bahkan kematian karena mempertahankan iman mereka.
Dari zaman para murid Yesus hingga masa kini, penganiayaan terhadap umat percaya telah menjadi bukti nyata bahwa dunia sering menolak terang. Semua murid Yesus, tanpa kecuali, mengalami penderitaan berat dan mati sebagai martir demi Injil.
Salah satu kisah yang menyentuh hati datang dari India — tentang seorang penginjil dan keluarganya yang dengan berani bersaksi bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat.
Ketika sang kepala suku mengancam akan membunuh anaknya jika ia tidak menyangkal Yesus, penginjil itu menjawab dengan nyanyian penuh iman:
🎵 Mengikut Yesus keputusanku,
Kutak ingkar, kutak ingkar…
Anaknya pun dibunuh. Namun, ketika ancaman berlanjut kepada istrinya, penginjil itu tetap tidak goyah dan menyanyikan:
🎵 Mengikut Yesus walau sendiri,
Kutak ingkar, kutak ingkar…
Setelah istrinya dibunuh, sang kepala suku kembali menantang, tetapi sang penginjil tetap setia dan bersaksi dengan lagu yang kini dikenal di seluruh dunia:
🎵 Salib di muka, dunia di belakang,
Kutak ingkar, kutak ingkar…
Akhirnya, ia pun mati martir bersama keluarganya. Namun, melalui pengorbanan itu, seluruh desa tempat mereka dibunuh berbalik dan bertobat, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Kisah iman seperti ini juga tercermin dalam perjalanan Rasul Paulus (dahulu Saulus), yang semula adalah penganiaya orang Kristen, tetapi setelah bertemu Yesus, ia meninggalkan segala kemuliaan dunia dan hidup sepenuhnya bagi Kristus (Filipi 3:2–16). Ia pun akhirnya mati dianiaya demi Injil.
Begitu pula di Indonesia, banyak hamba Tuhan yang setia hingga akhir meski menghadapi penderitaan, seperti almarhum Pdt. Mis. Ev. K.A.M. Yusuf Roni, Pdt. Mis. Ev. Hambran Hambri, dan Pdt. Mis. Ev. Mohammad K.C.
Mereka semua telah meneladankan arti sejati dari ayat ini:
“Barangsiapa setia sampai mati, ia akan menerima mahkota kehidupan.”
(Wahyu 2:10)
Sahabat Kristus, penganiayaan bukanlah akhir, melainkan jalan menuju kemuliaan. Dunia mungkin menolak kita, tetapi Surga menyambut mereka yang tetap setia.
Mari kita berkata setiap hari dengan iman:
“Hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.”
(Galatia 2:20)
Salib di muka, dunia di belakang — aku tak ingkar, aku tetap mengikut Yesus!
Shalom. (A27)