Pematangsiantar, Sinata.id — Komitmen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pematangsiantar dalam memperkokoh semangat toleransi dan persatuan kembali ditegaskan melalui penyelenggaraan Lokakarya Moderasi Beragama bertema “Menguatkan Islam Wasathiyah untuk Kota Siantar yang Damai”. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Minggu (27/07/2025) di Aula Sekretariat MUI Kota Pematangsiantar, Jalan Kartini, Kecamatan Siantar Barat.
Acara yang dihadiri berbagai elemen masyarakat Islam, seperti perwakilan organisasi kemasyarakatan (ormas), pemuda, mahasiswa, hingga para tenaga pendidik madrasah, bertujuan memperkuat pemahaman masyarakat terhadap prinsip Islam Wasathiyah—konsep Islam yang mengedepankan keseimbangan dan jalan tengah.
Dua narasumber utama hadir dalam forum ini, yaitu Ketua MUI Kota Pematangsiantar, Drs. H. M. Ali Lubis, dan akademisi dari Universitas Malikussaleh yang juga merupakan putra daerah, Dr. Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos., M.Si., CIQaR.
Dalam sambutan pembukaannya, Sekretaris Umum MUI Kota Siantar, H. Ahmad Ridwansyah Putra, menyampaikan bahwa moderasi beragama merupakan sebuah keniscayaan di tengah keberagaman Indonesia. Ia menekankan bahwa konsep wasathiyah tidak berarti mengaburkan prinsip-prinsip keislaman, tetapi justru menjadikannya sebagai dasar dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bersama.
“Moderasi bukan bentuk kompromi terhadap ajaran Islam, melainkan manifestasi dari Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, yang mengutamakan keseimbangan, keadilan, dan kedamaian,” ujar Ridwansyah.
Ketua panitia pelaksana, Narimo, S.Ag., M.Pd., dalam penjelasannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI Pematangsiantar. Ia juga menyinggung prestasi Kota Siantar dalam Indeks Kota Toleran (IKT) yang pernah menduduki peringkat pertama pada 2015, sempat menurun, namun berhasil naik kembali ke posisi lima besar pada 2024.
“Hal ini menjadi indikator bahwa masyarakat Siantar terus belajar dan tumbuh dalam merawat keberagaman. Namun, kita tidak boleh terlena. Upaya membangun toleransi harus terus digalakkan,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Drs. H. M. Ali Lubis menyoroti pentingnya membangun tiga jenis ukhuwah atau persaudaraan sebagai fondasi kerukunan nasional, yakni Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).
“Islam Wasathiyah telah tertanam dalam tradisi umat Islam Indonesia, yang secara historis menerima Pancasila sebagai dasar negara dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan sejak awal kemerdekaan,” terangnya.
Sementara itu, Dr. Abdullah Akhyar Nasution dalam pemaparannya menggarisbawahi urgensi memahami identitas dan menghormati perbedaan dalam kehidupan masyarakat majemuk seperti Kota Pematangsiantar. Ia menyebut Islam moderat sebagai bentuk praksis keagamaan yang menjauhi ekstremisme dan lebih menekankan pada keadilan serta keseimbangan sosial.
“Islam Wasathiyah merupakan representasi dari keimanan yang tidak eksklusif, melainkan inklusif dan kontekstual. Ia hadir sebagai solusi dalam menjaga stabilitas dan harmoni di tengah kemajemukan,” tuturnya.
Lokakarya ini juga menghadirkan sesi khusus dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Pematangsiantar. Muhammad Ari Irawan selaku Assistant Manager turut menyampaikan pentingnya jaminan sosial bagi para pekerja, sembari memperkenalkan program dengan slogan “Kerja Tenang, Keluarga Aman”.
Diskusi yang berlangsung dalam suasana hangat dan terbuka ini menyoroti berbagai isu aktual terkait hubungan antarumat beragama serta kontribusi strategis generasi muda dalam menciptakan atmosfer kehidupan sosial yang rukun dan damai di Kota Pematangsiantar.
Melalui forum ini, MUI Kota Pematangsiantar kembali menegaskan bahwa Islam moderat bukan sekadar konsep, melainkan jalan hidup yang relevan dalam membangun bangsa yang harmonis, toleran, dan berkeadaban. (hn)