Sinata.id – Setelah akhir pekan yang penuh gejolak, pasar kripto kembali bernafas. Nilai Bitcoin dan sederet aset digital utama memantul tajam dari jurang kejatuhan, menyusul pernyataan mengejutkan dari Presiden Donald Trump yang berusaha meredakan ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Bursa kripto global kembali hidup pada awal pekan ini. Setelah dihantam badai aksi jual yang sempat membuat investor panik, aset-aset digital kini berangsur pulih.
Data CoinGecko mencatat, kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan melonjak lebih dari 6%, menembus angka US$4 triliun atau sekitar Rp66.280 triliun pada Senin (13/10/2025).
Bitcoin, sang raja kripto, memimpin kebangkitan dengan diperdagangkan di kisaran US$115.000 (sekitar Rp1,9 miliar).
Angka itu menjadi tanda pemulihan cepat setelah sebelumnya anjlok di bawah US$105.000 pada Jumat lalu di pasar Amerika Serikat.
Baca Juga: Aturan DHE Akan Dirombak, Purbaya: Dampaknya ke Cadangan Devisa Belum Terasa
Tak hanya itu, Ether (ETH) juga kembali menapak di level US$4.100 (sekitar Rp67,9 juta) usai terjun bebas ke bawah US$3.500.
Langit kripto mulai cerah ketika Trump bersama Wakil Presiden JD Vance, pada Minggu malam waktu Washington, menegaskan keterbukaannya terhadap kesepakatan baru dengan Beijing. Isyarat ini langsung diterjemahkan pasar sebagai sinyal meredanya tensi dagang dua raksasa ekonomi dunia.
“Pembalikan arah ini jelas didorong oleh pesan damai Trump,” ujar Richard Galvin, pendiri hedge fund Digital Asset Capital Management (DACM).
Menurutnya, meski beberapa altcoin masih tertinggal, nada optimisme mulai kembali menggema di antara pelaku pasar.
Aksi Jual Brutal dan Dampak Berantai
Drama dimulai pada Jumat lalu, ketika Trump mengumumkan tarif baru terhadap China. Dalam hitungan jam, US$19 miliar dana investor kripto lenyap begitu saja. Aksi jual panik, leverage tinggi, dan likuiditas minim memperparah situasi, terutama di jam-jam sepi perdagangan global.
Efek domino pun muncul. Ethena USDe, stablecoin terbesar ketiga di dunia, sempat kehilangan patokan nilainya terhadap dolar AS. Bursa raksasa Binance bahkan mengalami gangguan teknis karena lonjakan transaksi yang tak terkendali.
Data Coinglass menunjukkan, lebih dari 1,6 juta trader mengalami likuidasi massal akibat longsornya harga.
Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda “ledakan besar” seperti kasus FTX pada 2022, insiden yang pernah mengguncang ekosistem kripto global hingga ke akarnya.
Reset Terbesar Sejak FTX
Pasar kini memasuki fase yang oleh analis disebut sebagai “reset leverage terbesar dalam sejarah kripto.”
Tingkat bunga pendanaan (funding rate) untuk kontrak futures, yang dibayarkan oleh trader bullish, jatuh ke titik terendah sejak keruntuhan FTX.
Menurut laporan Caladan, perusahaan market maker kripto, total nilai posisi terbuka (open interest) di pasar opsi Bitcoin dan Ether anjlok hampir separuhnya, masing-masing tersisa US$33 miliar dan US$19 miliar.
Namun di balik kekacauan itu, banyak pihak justru melihat peluang.
“Reset ini menciptakan fondasi yang lebih sehat untuk harga jangka menengah,” ujar Galvin.
Dengan kata lain, badai yang menghantam kripto kali ini mungkin justru menjadi pijakan baru untuk fase pertumbuhan berikutnya.
Bitcoin Masih di Jalur Positif
Meski sempat terhempas keras, Bitcoin masih mencatatkan performa impresif sepanjang tahun. Sejak awal 2025, nilainya melonjak 23%, didorong terutama oleh kebijakan pro-kripto yang gencar diusung pemerintahan Trump.
Pada 6 Oktober lalu, Bitcoin sempat menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa di level US$126.251. Kini, dengan tensi global yang sedikit mereda dan sentimen investor kembali positif, pasar berharap momentum ini akan terus berlanjut, setidaknya sampai badai geopolitik berikutnya datang. [zainal/a46]