Sinata.id – Meski gencatan senjata telah diberlakukan antara Israel dan Hamas, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai Israel masih perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan bantuan kemanusiaan benar-benar sampai ke warga Gaza. PBB menyebut, meski distribusi bantuan mulai meningkat, sejumlah pos lintas batas masih ditutup dan ribuan ton pasokan penting tertahan di perbatasan.
Juru bicara PBB, Farhan Haq, menyampaikan pesan tegas itu dari markas besar di New York, Rabu (22/10/2025).
Ia mengungkapkan bahwa dalam dua pekan terakhir memang ada kemajuan berarti dalam distribusi bantuan, namun Israel masih dinilai menjadi “kendala utama” dalam operasi kemanusiaan di wilayah yang dilanda perang berkepanjangan itu.
“Beberapa pos lintas batas memang sudah dibuka, tapi masih banyak yang tertutup. Kami butuh lebih banyak titik penyeberangan, dan kami perlu mengirim lebih banyak bantuan,” tegas Haq dalam sebuah konferensi pers.
Langkah PBB ini sejalan dengan keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang pada hari yang sama menyatakan bahwa Israel memiliki kewajiban hukum internasional untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk tanpa hambatan.
Baca Juga: SpaceX Terciduk Pindahkan 2.495 Bitcoin Senilai Rp4,4 Triliun ke Alamat Misterius
ICJ juga menyoroti kondisi kelaparan di beberapa wilayah Gaza yang sudah dikategorikan “darurat” oleh lembaga pemantau PBB sejak akhir Agustus lalu.
Menurut data Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), hingga Selasa (21/10), total lebih dari 10.600 ton pasokan telah dikirimkan ke Gaza.
Bantuan itu mencakup bahan makanan pokok, obat-obatan, hingga perlengkapan tempat tinggal sementara.
Meski angka ini terdengar besar, para relawan di lapangan menegaskan jumlah tersebut masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan warga Gaza yang kehilangan rumah dan akses dasar.
Dari pihak lain, Israel melalui juru bicara misinya untuk PBB, Jonathan Harounoff, memastikan negaranya tetap berkomitmen pada rencana perdamaian yang disepakati sejak 10 Oktober, rencana yang diamankan oleh pemerintahan Donald Trump.
Harounoff menegaskan bahwa Israel “akan mengambil langkah-langkah tertentu” untuk memastikan kesuksesan perjanjian itu, walau terkadang langkah tersebut berupa penundaan pengiriman bantuan atas alasan keamanan.
Menariknya, suara berbeda datang dari Jared Kushner, menantu mantan Presiden AS Donald Trump. Dalam sebuah forum di Israel bersama Wakil Presiden AS JD Vance, Kushner justru menilai koordinasi antara PBB dan Israel “cukup baik” dalam konteks penyaluran bantuan kemanusiaan.
Pernyataan itu langsung menuai perdebatan karena dianggap berlawanan dengan laporan di lapangan yang menyebut banyaknya truk bantuan tertahan di perbatasan. [zainal/a46]