Simalungun, Sinata.id – Pasca kebakaran yang melanda Pasar Serbelawan, Simalungun, Senin (18/8/2025), sejumlah pedagang mulai mendirikan tenda darurat di lokasi untuk berjualan.
Hingga Sabtu (23/8/2025), mereka yang berjualan adalah pedagang yang menjual kebutuhan untuk sehari-hari di tengah sisa-sisa puing pasar. Aktifitas jual beli juga belum seramai sebelum pasar terbakar.
Darma Saragih, Kepala Pasar dari Dewan Perwakilan Daerah Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (DPD APPSI), mnuturkan, kebakaran telah menghanguskan sebagian besar barang dagangan warga.
“Sudah habis semua, karena kebanyakan di pajak ini kan jualan pakaian jadi dan sepatu. Mungkin mereka belum jualan lagi karena momentumnya belum tepat. Kalau jualan pakaian ini ada musimnya, semisal lebaran, tahun baru, tahun ajaran baru,” katanya.
Ditambahkannya, pedagang yang membuka tenda darurat itu adalah para pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari karena memang barang tersebut tidak membutuhkan modal yang besar.
“Kalau jualan sayur atau lainnya, itu modalnya gak besar. Makanya mereka tetap bertahan jualan meski bangun tenda seadanya. Kemarin kita arahkan untuk berjualan di lokasi lain, cuma mereka gak mau karena mengingat pelanggan taunya cuma di pajak dan mereka juga jualannya cuma dari pagi sampai menjelang siang aja,” ungkapnya.
Pasar yang terletak di antara Jalan Jamin Ginting dan Jalan Sangnaualuh, Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, dibangun sekitar tahun 1960-an.
Ia berharap, Pemkab Simalungun segera membangun kembali Pasar Serbelawan mengingat pasar merupakan satu-satunya lokasi penjualan pakaian jadi di kecamatan tersebut.
“Di Serbelawan cuma pajak ini yang jualan pakaian. Kalau toko-toko gak banyak yang jualan pakaian atau sepatu. Kita dari asosiasi berharap Pemkab Simalungun segera membangun kembali pajak ini agar perekonomian masyarakat cepat pulih kembali,” harapnya.
Pria bertubuh tambun yang ditemui di sekitaran Lapangan Dobana ini menjelaskan bahwa saat ini pilihan masyarakat hanya ke Kota Tebing Tinggi atau Kota Pematangsiantar untuk membeli pakaian.
“Ya kalau sekarang pilihannya cuma Siantar sama Tebing. Gak ada lagi yang lain. Kan sayang kalau putaran ekonomi di Serbelawan ini sampai ke luar daerah,” jelasnya. (SN11)