Pematangsiantar, Sinata.id – Mey Pratiwi Sinamo, S.Pd dan Tri Jaya Siagian akhirnya resmi dipersatukan dalam ikatan pernikahan kudus pada Sabtu, 12 April 2025. Pemberkatan sakral berlangsung khidmat dan penuh sukacita di Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) Pematangsiantar, dipimpin oleh Pdt. Elson Lingga, S.Th, M.Th.
Pernikahan Mey Pratiwi Sinamo dan Tri Jaya Siagian
Mey Pratiwi merupakan putri bungsu dari pasangan St. Ir. Pariaman Sinamo dan Dra. Derita br. Panggabean, yang beralamat di Jln. Pesantren Gang Prima No. 181, Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar. Sementara mempelai pria, Tri Jaya Siagian, adalah putra dari Jekson Siagian dan Herlina br. Op. Ugsunggu, berasal dari Nagori Nagojor Bah Jambi, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun.
St. Pisah Rinto Sinamo, ST, mewakili keluarga besar marga Sinamo, kepada *Sinata.id* menyampaikan rasa syukur atas kelancaran dan berkat yang menyertai pemberkatan pernikahan adiknya tersebut. Ia juga menginformasikan bahwa sesuai dengan kesepakatan keluarga, khususnya pihak orang tua Tri Jaya Siagian, maka acara adat pernikahan akan dilaksanakan di kampung halaman pihak paranak di Pekan Nagojor, tepatnya di samping Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi.
Uniknya, prosesi adat pernikahan ini akan diawali dengan adat suku Pakpak dan dilanjutkan dengan adat suku Batak Toba. Sebuah perpaduan budaya yang memperlihatkan kekayaan dan keindahan kebhinnekaan Indonesia. “Perpaduan dua suku ini sungguh menggambarkan harmoni dan keberagaman dari sekitar 714 suku bangsa yang ada di Indonesia,” ungkap St. Pisah Rinto Sinamo.
Ia juga menambahkan keunikan dalam penggunaan bahasa dan sapaan adat. Tri Jaya sebagai menantu akan menyapa mertuanya menggunakan istilah khas suku Pakpak—’Puhun’ untuk ayah mertua dan ‘Nampuhun’ untuk ibu mertua—yang mungkin terdengar asing bagi masyarakat suku Toba, namun menjadi kekayaan tersendiri dalam ranah adat.
Tak hanya itu, adat Pakpak juga mengenal penghormatan khusus kepada ibu dari pihak boru yang melahirkan menantu, yakni melalui pemberian ‘Gedogedo Inang ni Beru’, berupa emas dan kain sarung sebagai bentuk penghargaan atas jasa besar seorang ibu. Dalam hal ini, penghormatan tersebut akan diterima oleh Dra. Derita br. Panggabean sebagai ibu dari Mey Pratiwi.
Melalui *Sinata.id* , St. Pisah Rinto Sinamo juga menyampaikan pesan kepada seluruh keluarga dan rombongan yang akan menghadiri acara adat di Nagojor agar selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam perjalanan, serta menjaga kekompakan dan kebersamaan.
Ia menutup dengan harapan tulus, “Semoga rumah tangga Mey Pratiwi dan Tri Jaya menjadi rumah tangga yang rukun, seia sekata, penuh kasih dan damai sejahtera. Kiranya Tuhan menganugerahkan keturunan yang sehat, rejeki yang berlimpah, dan kehidupan yang selalu dalam tuntunan dan perlindungan-Nya. Semoga pula hubungan kekeluargaan antara dua suku, Pakpak Dairi dan Toba, semakin erat dan menjadi contoh kebersamaan dalam keberagaman.” [Red]