Sinata.id – Museum Louvre, ikon kebudayaan Prancis dan salah satu destinasi wisata paling terkenal di dunia, resmi ditutup pada Minggu (19/10/2025) waktu setempat, setelah aksi perampokan super terencana merobek jantung Paris. Sejumlah perhiasan kerajaan dengan nilai sejarah tak ternilai dilaporkan raib digondol pencuri dalam waktu hanya beberapa menit.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Laurent Nunez, mengonfirmasi bahwa kawanan perampok itu mengeksekusi aksinya dengan presisi tinggi. Dalam wawancaranya di radio France Inter, Nunez menyebut peristiwa ini sebagai “perampokan besar yang berlangsung sangat cepat.”
“Mereka jelas sudah menyiapkan semuanya dengan matang,” ujarnya.
Para pelaku diduga masuk lewat lift pengangkut furnitur setelah memotong kaca jendela dengan alat listrik bertekanan tinggi. Tak ada korban jiwa, namun yang hilang bukan sekadar benda, melainkan bagian dari sejarah bangsa.
Baca Juga: Pesawat Kargo Jatuh di Hong Kong, Satu Staf Hilang
Keterangan Menteri Kebudayaan Rachida Dati kepada televisi TF1 memperjelas skala kejahatan ini. Kawanan perampok berhasil menembus Galeri Apollon, ruangan legendaris tempat disimpannya koleksi permata mahkota Prancis sejak tahun 1887.
“Delapan artefak bernilai warisan tak ternilai telah dicuri,” ungkap Dati.
Barang-barang itu termasuk tiara dan kalung safir milik Ratu Marie-Amélie dan Ratu Hortense, kalung serta anting zamrud milik Marie-Louise, Bros reliquary berlapis emas, dan tiara serta bros berbentuk pita milik Permaisuri Eugénie.
Menariknya, satu dari perhiasan, mahkota Permaisuri Eugénie yang dihiasi 1.354 berlian dan 56 zamrud, ditemukan kembali saat pelaku kabur meninggalkan peralatan mereka.
Perampokan Kilat di Jantung Keamanan Terketat Dunia
Perampokan ini digambarkan “sangat cepat dan brutal.” Lima petugas keamanan yang bertugas di area tersebut langsung bereaksi saat alarm berbunyi, namun para pelaku sudah menghilang sebelum bantuan datang.
Menurut laporan awal, tiga hingga empat orang datang menggunakan skuter bertenaga besar TMax sekitar pukul 09.30 pagi. Mereka melarikan diri dengan kecepatan tinggi, meninggalkan kekacauan di balik kaca dan vitrin yang hancur.
Kejaksaan Paris segera membuka penyelidikan dengan dugaan pencurian terorganisir dan konspirasi kriminal. Polisi kini memburu pelaku di seluruh wilayah Île-de-France, menggunakan rekaman CCTV dan jejak DNA yang tertinggal di lokasi.
Presiden Emmanuel Macron mengecam keras insiden ini, menyebutnya sebagai “serangan terhadap jiwa kebudayaan Prancis.”
Dalam unggahan di platform X, Macron menulis, “Benda-benda itu adalah bagian dari sejarah kita. Kami akan menemukannya dan membawa para pelaku ke pengadilan.”
Pemerintah kini meninjau ulang sistem keamanan seluruh museum nasional. Kementerian Kebudayaan menyatakan akan menambah lapisan pengamanan baru, termasuk sensor gerak dan pengawasan berbasis AI untuk mencegah kejadian serupa.
Bukan Kali Pertama Louvre Dibobol
Meski dikenal sebagai museum dengan sistem keamanan paling ketat di Eropa, Louvre tidak asing dengan sejarah pencurian besar.
Pada tahun 1911, dunia sempat heboh ketika lukisan legendaris Mona Lisa karya Leonardo da Vinci dicuri dan baru ditemukan dua tahun kemudian. Beberapa dekade setelahnya, karya ikonik seperti Liberty Leading the People karya Eugène Delacroix juga pernah nyaris digasak.
Kini, dengan sekitar 9 juta pengunjung per tahun, Louvre bukan hanya museum paling ramai di dunia, tapi juga salah satu target paling berisiko bagi kejahatan seni bernilai tinggi.
Berita Lain: Setelah Naik Tajam, Harga Emas Dunia Terancam Jatuh?
Gelombang Pencurian di Museum Prancis
Insiden ini bukan yang pertama di tahun 2025. Hanya sebulan sebelumnya, Museum Sejarah Alam Paris juga dibobol. Pencuri berhasil membawa kabur bongkahan emas langka senilai lebih dari €600.000 (sekitar Rp11 miliar), di tengah melonjaknya harga logam mulia dunia.
Situasi ini membuat pemerintah mempercepat proyek ambisius “Renaissance”, rencana 10 tahun yang diluncurkan Macron untuk memperkuat keamanan dan memperbarui fasilitas Louvre, termasuk kamera biometrik dan sistem pengamanan cerdas.
Rachida Dati menegaskan bahwa dunia seni kini menghadapi era baru kejahatan terorganisir.
“Kerentanan museum terhadap kejahatan adalah masalah lama,” katanya. “Kini mereka harus beradaptasi dengan modus kriminal yang semakin canggih.”
Sementara itu, Louvre tetap ditutup untuk umum hingga penyelidikan selesai. [zainal/a46]