Puncak, Papua – Suasana berbeda tampak di SD Mayuberi, Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak. Bukan suara senjata yang mendominasi, melainkan lantunan murid-murid sekolah dasar yang dengan penuh semangat mengeja huruf demi huruf. Di balik kelas sederhana itu, prajurit TNI dari Satgas Yonif 700/WYC berperan sebagai tenaga pengajar darurat bagi anak-anak.
Salah satunya adalah Sertu Ardiansyah. Meninggalkan sejenak atribut tempurnya, ia berdiri di depan papan tulis untuk mengajarkan dasar membaca dan menulis. Dengan penuh kesabaran, prajurit tersebut membimbing anak-anak agar mampu mengenal alfabet dan merangkai kata sederhana.
“Mengajar anak-anak membaca itu ibarat mengukir di batu. Memang penuh tantangan, tetapi setiap huruf yang berhasil mereka pahami adalah kemenangan besar. Rasanya seperti memenangkan pertempuran baru, melawan kebodohan,” ujarnya, Kamis (4/9/2025).
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan prajurit ini merupakan bagian dari program Pembinaan Teritorial Terbatas (Binter Terbatas) Satgas Yonif 700/WYC. Program tersebut dihadirkan untuk menjawab kebutuhan pendidikan di daerah rawan konflik, di mana tenaga pengajar masih sangat terbatas.
Komandan Pos Mayuberi, Letda Inf Arif Natsir, menyebut upaya ini sebagai strategi jangka panjang yang lebih berharga dibanding sekadar kekuatan senjata.
“Senjata kami hari ini adalah buku dan pena. Kehadiran kami bukan hanya menjaga keamanan wilayah, tetapi juga memastikan anak-anak Papua memiliki masa depan melalui pendidikan,” tegasnya.
Kehadiran prajurit TNI di ruang kelas mendapat apresiasi dari pihak sekolah maupun masyarakat sekitar. Kepala SD Mayuberi, Opi Tabuni, menilai dedikasi Satgas sangat membantu keterbatasan tenaga guru di sekolahnya.
“Sejak TNI ikut mengajar, semangat belajar anak-anak semakin tinggi. Mereka bukan hanya tentara, tetapi juga menjadi figur ayah bagi murid-murid kami. Kehadiran Satgas adalah berkah terbesar bagi sekolah ini,” ungkapnya.
Warga setempat juga menyampaikan rasa syukur. Mereka melihat langsung bagaimana prajurit yang biasanya identik dengan operasi keamanan, kini hadir sebagai pembawa harapan dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada generasi muda.
Momen di SD Mayuberi hari itu menjadi gambaran bahwa tugas TNI tidak sebatas operasi militer. Tugas teritorial juga mencakup pembinaan masyarakat, termasuk menyalakan semangat pendidikan bagi anak-anak di pedalaman Papua.
Deru helikopter dan dentuman senjata berganti dengan lantunan suara murid-murid yang tekun belajar mengeja masa depan. Kehadiran Satgas Yonif 700/WYC menunjukkan bahwa prajurit sejati bukan hanya mereka yang menjaga kedaulatan negara dengan senjata, tetapi juga yang mampu mengajar dengan kapur tulis, membuka buku, dan menyalakan cahaya ilmu. (A46)