Seorang pemuda asal Indramayu, Jawa Barat, menjadi sorotan publik setelah namanya yang hanya terdiri dari satu huruf, Z, viral di media sosial. Kisah uniknya, dari perdebatan bidan saat kelahiran hingga kebingungan guru ketika ia masuk sekolah, menjadi bukti bahwa keistimewaan bisa lahir dari hal-hal sederhana.
Indramayu, Sinata.id – Nama seorang pemuda asal Indramayu, Jawa Barat, mendadak viral di media sosial. Bukan karena prestasi luar biasa atau sensasi, tetapi lantaran namanya hanya terdiri dari satu huruf: Z. Nama unik itu sempat memancing perdebatan bidan saat kelahirannya dan membuat guru kebingungan ketika ia pertama kali masuk sekolah.
Z, kini berusia 19 tahun dan tinggal di Desa Rambatan Kulon, Kecamatan Lohbener, mengaku nama tersebut adalah warisan ayahnya yang telah meninggal.
“Secara spesifik saya juga tidak tahu alasannya. Tapi katanya karena Z itu huruf terakhir dalam alfabet, dan saya juga anak terakhir dari lima bersaudara,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Rabu (17/9/2025).
Sudah Disiapkan Sejak Kandungan
Z menceritakan bahwa ayahnya telah menyiapkan nama itu sejak ia masih berusia enam bulan dalam kandungan.
Dari lima bersaudara, hanya ia yang mendapatkan nama sesingkat itu.
“Aku kurang tahu detailnya, soalnya bapak saya keburu meninggal waktu saya masih kecil, jadi nggak sempat cerita panjang lebar,” katanya.
Kisah penamaannya bahkan pernah menjadi bahan perdebatan.
Saat proses kelahiran, bidan sempat ragu mencatatkan namanya di dokumen resmi.
Hal serupa terjadi ketika Z masuk sekolah dasar, namanya sempat dicoret dari daftar absensi karena dianggap salah ketik.
Panggilan Lebih Panjang dari Nama Asli
Meski resmi hanya satu huruf, Z memiliki panggilan yang lebih panjang.
“Kalau teman-teman biasanya manggil saya Enzet,” ucapnya sambil tertawa.
Nama panggilan ini muncul karena guru dan teman-temannya sering kebingungan dan penasaran dengan keunikan namanya.
Bangga dengan Nama Pemberian Ayah
Alih-alih merasa malu, Z justru bangga membawa nama pemberian ayahnya.
Bagi Z, satu huruf itu bukan sekadar nama, melainkan kenangan terakhir dari sosok yang memberinya identitas.
“Sekarang saya sudah lulus sekolah tahun kemarin. Sekarang kerja jadi kuli, kadang juga jualan,” tuturnya. (A46)