Pematangsiantar, Sinata.id – Pelebaran Jalan Rakutta Sembiring menuju Simpang Asrama menjadi keluhan warga setelah galian proyek senilai Rp1,5 miliar itu dibiarkan terbuka tanpa perataan batu koral, mengganggu akses kendaraan dan menimbulkan risiko keselamatan
Selai itu, proyek yang berlangsung pada akhir tahun 2025 tersebut dikerjakan tanpa papan informasi kegiatan, sehingga memunculkan dugaan minimnya keterbukaan dan berpotensi memengaruhi kualitas pekerjaan.
Hasil pemantauan Sinata.id di lapangan memperlihatkan sisi kanan-kiri badan jalan digali sekitar satu meter. Namun setelah penggalian dilakukan, batu koral belum langsung disebar merata sebagai dasar konstruksi. Beberapa bagian dibiarkan terbuka sebelum proses pengaspalan, yang kemudian mengakibatkan akses kendaraan warga terganggu dan dinilai membahayakan pengguna jalan.
Safie, salah seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi proyek, menyampaikan bahwa kondisi tersebut menyulitkan aktivitas keluar masuk kendaraan ke rumahnya.
“Setelah digali, batu belum langsung disusun. Kendaraan sulit masuk, kami harus menaiki galian yang cukup curam,” ujarnya, Sabtu (6/12/2025).
Keluhan serupa diutarakan Usman, warga di area persimpangan. Menurutnya, kendaraan besar masih dapat melewati titik galian dengan pelan, namun mobil kecil terutama sedan tidak dapat melintas.
“Akses sangat terganggu. Mobil kecil tidak bisa lewat,” katanya saat ditemui.
Tidak Ada Papan Proyek, Berpotensi Langgar Aturan Transparansi
Ketiadaan papan proyek juga menjadi sorotan publik karena setiap pekerjaan konstruksi pemerintah wajib memuat informasi lengkap mengenai kegiatan. Ketentuan tersebut diatur antara lain dalam:
Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menekankan asas keterbukaan dan akuntabilitas.
Permen PUPR nomor 14 Tahun 2020 mengenai Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, yang mewajibkan penempatan plang berisi nama kegiatan, kontrak, sumber dana, waktu pelaksanaan, nilai proyek, serta identitas penyedia jasa.
Tidak adanya plang membuat publik kesulitan mengetahui siapa pelaksana pekerjaan dan sumber anggaran proyek tersebut. Situasi ini juga menyulitkan pengawasan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan.
Diduga Mengejar Serapan Anggaran Menjelang Akhir Tahun
Warga lainnya menilai pekerjaan berlangsung terburu-buru karena dilakukan pada periode akhir tahun anggaran. Juga khawatir struktur jalan tidak matang sebelum ditutup lapisan aspal.
“Kalau dasar jalan belum padat lalu ditimpa hotmix, cepat rusak. Anggaran jadi sia-sia,” ujar warga yang menolak namanya dicatut.
Sementara itu, Juan, kepala tukang yang ditemui di lokasi, menyatakan bahwa dirinya hanya mengikuti instruksi mandor bernama DP Saragih dan tidak mengetahui perusahaan kontraktor yang menangani proyek tersebut.
“Kami bekerja sesuai arahan DP Saragih. Soal perusahaan, saya tidak tahu,” jelasnya.
Upaya konfirmasi Sinata.id kepada DP Saragih melalui telepon belum memperoleh jawaban hingga berita ini tayang.
Sinata.id masih berupaya menghubungi pihak kontraktor dan dinas terkait guna memperoleh klarifikasi lanjutan demi pemberitaan yang seimbang. (A27)