Oleh: Pdt Mis Ev Daniel Pardede. MH.
Amsal 25:26 menyebutkan, “Seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor, demikianlah orang benar yang kuatir di hadapan orang fasik.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa kekuatiran dapat mengaburkan iman dan membuat seorang percaya kehilangan terang yang seharusnya menjadi kesaksian bagi dunia.
Kekuatiran menjadikan hati keruh, padahal orang percaya dipanggil untuk hidup bersandar penuh kepada Tuhan.
Sebagai anak Kristus yang menerima warisan kasih dari Sang Pencipta, kita diingatkan bahwa seluruh ciptaan adalah milik Tuhan dan Ia tidak pernah mengurangi bagian berkat bagi umat-Nya. Dalam tradisi Israel, Allah dikenal sebagai El Tzebaoth (Tuhan Semesta Alam) dan El Jireh (Allah menyediakan).
Artinya, pemeliharaan Tuhan nyata untuk setiap orang yang berharap kepada-Nya.
Yesus mengajarkan melalui burung pipit—makhluk kecil yang tidak menabur, namun tetap dipelihara setiap hari.
Manusia jauh lebih berharga di mata Allah. Lukas 12:6-7 menunjukkan bahwa bahkan rambut di kepala pun terhitung oleh Tuhan; tidak ada yang luput dari perhatian-Nya.
Bila seekor burung jatuh saja diketahui oleh-Nya, terlebih lagi kehidupan anak-anak-Nya di saat susah maupun senang.
Pemazmur menuliskan bahwa Tuhan menjauhkan pelanggaran umat-Nya sejauh timur dari barat (Mazmur 103:12). Karena itu, kekuatiran tidak seharusnya menguasai hati orang percaya. 1 Petrus 5:7 dengan jelas menyampaikan perintah, “Serahkanlah segala kuatirmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Bahkan Yesus menegur dengan kasih dalam Matius 6:27, bahwa kekuatiran tidak menambah panjangnya usia seseorang.
Kekuatiran hanya membawa kelemahan, sementara janji Tuhan memberi ketenangan.
Tuhan tidak berjanji kehidupan di dunia bebas dari badai dan kesusahan, namun Ia berjanji untuk hadir dan menolong saat badai datang.
Seperti masa kekeringan tujuh tahun pada zaman Israel, tidak semua orang luput dari penderitaan. Namun pengharapan orang percaya tidak berakhir di dunia ini, sebab ada kehidupan kekal tanpa air mata dan duka.
Nabi Yeremia pun menguatkan hati bangsa Israel dengan pengakuan yang menggetarkan iman, “Kasih setia Tuhan tak berkesudahan; rahmat-Nya tidak habis-habisnya. Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu.” (Ratapan 3:22-23)
Ketika kekuatiran datang mengetuk hati, imani bahwa Tuhan sudah lebih dulu berdiri di depan setiap masalah kita. Tenanglah — kasih setia-Nya selalu baru setiap pagi.[A27]