Oleh: Pdt Mis.Ev.Daniel Pardede,SH.MH
Imamat 11:45
“Sebab Akulah Tuhan yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; maka kamu harus kudus, sebab Aku ini kudus.”
Panggilan Kekudusan dari Allah yang Maha Kudus (El Kadhos)
Sejak awal sejarah keselamatan, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Yang Maha Kudus (El Kadhos). Ketika Musa tanpa sengaja melihat semak terbakar di Gunung Horeb, ia mendekat karena takjub melihat api yang tidak menghanguskan semak itu. Namun Tuhan segera bersuara dan menegaskan bahwa tempat itu kudus, sebab Yang Maha Kudus hadir di sana.
(Keluaran 3:1–5)
Momen itu bukan hanya panggilan pelayanan bagi Musa, tetapi juga penggenapan janji Allah kepada Abraham mengenai lahirnya suatu bangsa yang besar, bangsa yang kudus, dan imamat yang rajani. Dari titik inilah kekudusan menjadi tanda identitas umat pilihan Allah.
Kekudusan: Gaya Hidup Israel Sehari-hari
Dalam lima kitab Musa—Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan—Allah berulang kali menegaskan bahwa umat-Nya harus hidup dalam kekudusan. Kekudusan bukan hanya urusan ibadah, tetapi juga:
* apa yang dimakan dan diminum,
* perkataan dan perbuatan,
* hati dan pikiran,
* niat dan rencana,
* hubungan sosial dan moral.
Semuanya harus mencerminkan karakter Allah yang kudus.
Mazmur 15: Siapa yang Layak Datang ke Hadirat Tuhan?
Daud menggambarkan syarat orang yang boleh mendekat kepada Allah:
* orang yang hidup tidak bercela,
* melakukan yang adil,
* tidak menyebar fitnah,
* tidak berbuat jahat terhadap sesama,
* menjaga sumpah,
* tidak menerima suap,
* tidak menindas orang tak bersalah.
Inilah standar kehidupan umat Tuhan yang ingin tinggal dalam hadirat-Nya.
Yesus Menegaskan Kembali: Berbahagialah yang Suci Hatinya
Dalam Matius 5:8, Tuhan Yesus berkata:
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
Kekudusan bukan sekadar kewajiban, tetapi jaminan untuk melihat kemuliaan Allah dan mengalami penyertaan-Nya.
Hidup kudus bukan pilihan tambahan, tetapi identitas orang yang berjalan bersama Allah. Di tengah dunia yang semakin gelap, kekudusanlah yang membedakan, menguatkan, dan membawa kita tetap berada dalam hadirat El Kadhos. Jadilah kudus—karena Dia yang memanggil kita adalah Kudus.
Shalom.( A27).