Oleh: Pdt Mis Ev Daniel pardede. MH.
Ketakutan yang sejati bukanlah rasa gentar kepada manusia atau keadaan, melainkan sikap hormat dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam Amsal 8:13 yang menyatakan bahwa takut akan Tuhan berarti membenci kejahatan, kesombongan, kecongkakan, tingkah laku jahat, serta perkataan penuh tipu muslihat.
Pesan firman tersebut menjadi pokok perenungan dalam Sarapan Pagi Kristen yang disampaikan melalui kanal YouTube Prison Hospital Crusade Daniel Pardede Ministry, sebuah pelayanan yang secara konsisten memberitakan Injil ke berbagai tempat, termasuk penjara dan rumah sakit, serta membuka dukungan doa dan penginjilan melalui Bank Mandiri.
Renungan pagi ini mengangkat kisah Nabi Yunus, seorang hamba Tuhan yang sempat tidak taat terhadap perintah Allah. Yunus diperintahkan Tuhan untuk pergi ke Kota Niniwe, kota yang dikenal penuh dengan kejahatan dan pemberontakan. Namun, Yunus memilih menghindar dan justru berlayar menuju Tarsis, berusaha menjauh dari kehendak Tuhan.
Tuhan yang Mahatahu dan Mahamelihat (El Roi) mengetahui ketidaktaatan Yunus. Dalam perjalanan laut tersebut, Tuhan menyatakan kuasa-Nya dengan mendatangkan angin kencang dan ombak besar hingga kapal hampir hancur. Para awak kapal kemudian membuang undi untuk mengetahui penyebab bencana itu, dan undian jatuh kepada Yunus.
Di hadapan para penumpang kapal, Yunus mengakui identitasnya sebagai orang Ibrani yang takut akan Tuhan, Sang Pencipta langit, laut, dan daratan. Ia menyadari kesalahannya dan meminta agar dirinya dilemparkan ke laut. Setelah Yunus dilemparkan, badai pun reda seketika. Peristiwa ini membuat para penyembah berhala menjadi takut akan Tuhan dan mempersembahkan korban kepada-Nya (Yunus 1).
Atas seizin Tuhan, seekor ikan besar menelan Yunus selama tiga hari tiga malam. Dalam kondisi terendahnya, Yunus berdoa dan mengakui kekudusan Allah (El Kadosh) serta kemahakuasaan-Nya (El Shaddai). Doa pertobatan Yunus pun didengar Tuhan, hingga akhirnya ia dimuntahkan ke darat (Yunus 2:7–10).
Firman Tuhan menegaskan, “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat akan perintah Tuhan, akan menerima balasan” (Amsal 13:13). Kisah Yunus menjadi pengingat bahwa ketidaktaatan membawa konsekuensi, namun pertobatan selalu membuka jalan pemulihan.
Takut akan Tuhan bukan sekadar pengakuan di bibir, tetapi diwujudkan melalui ketaatan dan kesetiaan dalam hidup sehari-hari. Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk hidup benar, menjauhi kejahatan, dan setia melayani-Nya dengan segenap hati.
Seperti tertulis dalam 1 Samuel 12:24–25, hendaklah umat Tuhan takut akan Dia dan beribadah dengan sungguh-sungguh, sambil mengingat segala perbuatan besar yang telah Tuhan lakukan. Sebab, ketaatan membawa berkat, sementara kejahatan membawa kebinasaan.
Shalom dan Tuhan memberkati. (A27).






