Sinata.id – Pembahasan mengenai Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini menjadi sorotan dunia. Teknologi ini telah mengubah cara manusia bekerja, berinteraksi, dan mengambil keputusan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: kapan sebenarnya tahun penemuan AI?
Jawaban atas pertanyaan ini tidak sederhana, sebab AI bukanlah hasil dari satu momen tunggal, melainkan perjalanan panjang yang melibatkan banyak tokoh, penelitian, dan perkembangan teknologi.
Sejarah AI dimulai dari pemikiran matematis dan filsafat logika, lalu berkembang pada pertengahan abad ke-20 ketika komputer mulai diciptakan. Tahun 1956 sering disebut sebagai tahun penemuan AI secara resmi karena pada saat itu istilah Artificial Intelligence pertama kali diperkenalkan di Konferensi Dartmouth. Namun, akar pemikiran AI sesungguhnya sudah muncul lebih awal melalui ide Alan Turing pada 1950.
Berikut adalah ulasan bagaimana perjalanan panjang AI berlangsung, bagaimana tahun penemuan AI ditetapkan, serta bagaimana perkembangannya membawa dampak besar hingga saat ini, yang dirangkum Sinata.id pada Jumat (29/8/2025), dari berbagai sumber.
Dari Filsafat hingga Teori Mesin
Sebelum membicarakan tahun penemuan AI, penting untuk memahami bahwa gagasan mengenai mesin yang bisa berpikir sudah ada sejak zaman kuno. Filsuf Yunani seperti Aristoteles pernah mengajukan konsep logika formal yang kelak menjadi dasar algoritma modern.
Namun, tonggak nyata dimulai pada abad ke-20. Alan Turing, seorang matematikawan Inggris, pada tahun 1950 menerbitkan karya monumental berjudul “Computing Machinery and Intelligence”. Dalam tulisan ini, Turing mengajukan pertanyaan mendasar: “Dapatkah mesin berpikir?”
Ia juga memperkenalkan uji coba yang dikenal sebagai Turing Test, sebuah metode untuk menilai apakah mesin dapat menirukan kecerdasan manusia.
Meski belum disebut sebagai tahun penemuan AI, gagasan Turing inilah yang menjadi fondasi filosofis dan ilmiah bagi lahirnya disiplin ilmu AI.
Baca Juga: Revolusi AI Jadi Pisau Bermata Dua bagi Karier Generasi Z
Tahun Penemuan AI Secara Resmi
Jika harus menunjuk satu momen sejarah, maka tahun penemuan AI yang paling diakui adalah 1956, ketika berlangsung Konferensi Dartmouth di Amerika Serikat. Pada konferensi tersebut, John McCarthy, Marvin Minsky, Nathaniel Rochester, dan Claude Shannon mengundang sejumlah ilmuwan untuk membahas kemungkinan menciptakan mesin cerdas.
Dalam forum inilah istilah Artificial Intelligence secara resmi digunakan untuk pertama kalinya. Para peserta yakin bahwa dalam beberapa dekade, mesin dapat memahami bahasa, memecahkan masalah kompleks, hingga meniru cara berpikir manusia. Walau prediksi itu terlalu ambisius, peristiwa Dartmouth tetap menjadi simbol lahirnya AI.
Dengan demikian, banyak literatur menyebut 1956 sebagai tahun penemuan AI yang sah dalam dunia akademik.
Eksperimen Awal Pasca Penemuan AI
Setelah ditetapkannya tahun penemuan AI, berbagai eksperimen mulai bermunculan. Allen Newell dan Herbert Simon menciptakan Logic Theorist, program komputer pertama yang mampu membuktikan teorema matematika. Pada tahun-tahun berikutnya, ilmuwan lain mengembangkan sistem pakar seperti DENDRAL (untuk kimia) dan MYCIN (untuk medis).
Eksperimen ini menunjukkan bahwa AI tidak sekadar teori, melainkan bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Meski masih terbatas, inovasi ini mengukuhkan arti penting tahun penemuan AI sebagai awal dari disiplin ilmu baru.
AI Winter: Hambatan Setelah Tahun Penemuan AI
Meski optimisme tinggi pada tahun penemuan AI, kenyataan tidak selalu berjalan mulus. Pada dekade 1970-an hingga 1980-an, penelitian AI menghadapi hambatan besar. Keterbatasan perangkat keras, biaya tinggi, dan hasil yang tidak sesuai ekspektasi membuat pendanaan riset menurun drastis. Periode ini kemudian dikenal sebagai AI Winter atau musim dingin AI.
Meski demikian, konsep-konsep dasar yang lahir pasca tahun penemuan AI tetap bertahan. Ide seperti neural networks dan machine learning disimpan untuk dikembangkan kembali di masa depan.
Baca Juga: Huawei Tantang Starlink Lewat Peluncuran 10.000 Satelit 6G Bertenaga AI
Kebangkitan AI: Dari Deep Blue hingga Big Data
AI kembali bangkit pada 1980-an berkat pengembangan algoritma backpropagation yang memungkinkan jaringan saraf tiruan belajar dari kesalahan. Lompatan besar terjadi pada 1997 ketika komputer IBM Deep Blue berhasil mengalahkan juara dunia catur Garry Kasparov.
Pencapaian ini memperlihatkan bahwa sejak tahun penemuan AI, bidang ini terus mengalami kemajuan signifikan. Memasuki abad ke-21, hadirnya internet, big data, dan komputasi berbasis GPU semakin mempercepat adopsi AI dalam berbagai bidang.
Era AI Modern: Deep Learning dan Kehidupan Sehari-Hari
Kini, teknologi yang berakar pada tahun penemuan AI telah berkembang menjadi bagian integral kehidupan modern. Mulai dari pengenalan wajah di ponsel, asisten virtual seperti Siri dan Alexa, hingga mobil tanpa pengemudi, semua adalah wujud nyata penerapan AI.
Perkembangan deep learning yang menggunakan ratusan lapisan jaringan saraf memungkinkan komputer memahami bahasa alami, mengenali objek dalam gambar, dan bahkan menghasilkan teks yang menyerupai tulisan manusia. ChatGPT, misalnya, merupakan produk lanjutan dari penelitian yang bermula sejak tahun penemuan AI.
AI di Indonesia
Di Indonesia, meski tidak terlibat langsung dalam tahun penemuan AI, pemanfaatan teknologi ini berkembang pesat. Universitas, lembaga penelitian, dan perusahaan rintisan mulai mengaplikasikan AI di berbagai bidang. Di sektor kesehatan, AI digunakan untuk membantu diagnosa radiologi. Sementara itu, di sektor keuangan, AI mendukung keamanan transaksi digital.
Pemerintah pun menyusun peta jalan transformasi digital yang menempatkan AI sebagai salah satu pilar utama. Hal ini menunjukkan bahwa warisan dari tahun penemuan AI telah menembus hingga ke berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Istilah-Istilah Penting dalam AI yang Wajib Diketahui
Regulasi AI
Meski manfaatnya besar, sejak tahun penemuan AI, para ilmuwan sudah menyadari adanya tantangan etika. Isu terkait privasi data, potensi bias algoritma, hingga dampak pada lapangan pekerjaan kini menjadi perhatian global.
Berbagai lembaga internasional, termasuk UNESCO, telah merumuskan pedoman etika AI. Prinsip transparansi, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia diharapkan dapat membimbing perkembangan AI ke arah yang lebih bertanggung jawab.
Masa Depan Setelah Tahun Penemuan AI
Sejak tahun penemuan AI, perkembangan teknologi ini belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Penelitian kini bergerak menuju General AI yang mampu meniru kemampuan berpikir manusia secara lebih luas, bukan hanya terbatas pada satu tugas spesifik.
Bahkan, muncul prediksi tentang Superintelligence, yaitu kecerdasan mesin yang melebihi kemampuan manusia. Walau masih bersifat teoritis, isu ini menimbulkan perdebatan mengenai dampak jangka panjang AI terhadap eksistensi manusia.
Baca Juga: Sejarah, Perkembangan, dan Dampak Artificial Intelligence bagi Dunia
Timeline Sejarah AI
1950 – Alan Turing memperkenalkan Turing Test.
1951 – Program permainan checkers dikembangkan.
1956 – Konferensi Dartmouth, ditetapkan sebagai tahun penemuan AI.
1960-an – Lahir sistem pakar DENDRAL dan MYCIN.
1970-an–1980-an – AI Winter.
1986 – Algoritma backpropagation populer.
1997 – Deep Blue mengalahkan Garry Kasparov.
2010-an – Era deep learning dan big data.
2020-an – AI hadir dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ChatGPT.
Perjalanan AI dari masa awal hingga kini menunjukkan bagaimana ide brilian dapat berkembang menjadi kekuatan transformatif global. Tahun penemuan AI pada 1956 menjadi titik awal yang membuka jalan bagi berbagai inovasi yang kini kita nikmati.
Meski demikian, tantangan besar masih ada, terutama terkait etika, privasi, dan dampak sosial. Namun, satu hal pasti: sejak tahun penemuan AI, dunia tidak pernah lagi sama. Teknologi ini akan terus berkembang, membawa peluang sekaligus tanggung jawab besar bagi umat manusia. (A46)