Selama menjabat, Luxon berkali-kali mengklaim pemerintahannya mampu mengelola ekonomi lebih baik dari oposisi.
Namun angka migrasi membantah narasi tersebut, dan oposisi langsung memanfaatkannya sebagai amunisi.
Menteri Imigrasi Erica Stanford mengakui tren keberangkatan meningkat sejak 2023, tetapi menilai fenomena ini bagian dari siklus ekonomi biasa.
“Warga Selandia Baru selalu pergi ketika ekonomi melemah, dan mereka akan kembali ketika keadaan berbalik. Kita sudah melihat pola itu sebelumnya,” katanya.
Namun, kritikan justru datang lebih keras dari Partai Green. Juru bicara imigrasinya, Ricardo Menendez March, menyebut situasi itu sebagai “tragedi nasional”.
“Ini tragedi. Orang-orang tidak lagi melihat masa depan di negeri sendiri. Pemerintah gagal menciptakan lapangan kerja yang layak,” tegasnya.
Sementara Wakil Pemimpin Partai Buruh, Carmel Sepuloni, mengatakan warga pergi bukan karena keinginan, melainkan keterpaksaan.
“Mereka melihat gelombang PHK, sistem kesehatan yang berantakan, harga rumah yang tak terjangkau, dan biaya hidup yang melambung. Mereka pergi karena pemerintah tidak menyediakan peluang di sini,” ujarnya.
Menteri Keuangan Nicola Willis menyatakan bahwa data migrasi terbaru menjadi alarm keras bagi pemerintah.
“Kita membutuhkan percepatan pertumbuhan dan lebih banyak pekerjaan di dalam negeri. Tidak ada alasan Selandia Baru tidak bisa mengejar kemakmuran Australia,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Menteri Pariwisata Louise Upston, yang melihat angka keberangkatan tinggi sebagai bukti bahwa mesin ekonomi perlu dipacu lebih cepat.