Jakarta, Sinata.id – Perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia meningkatkan kekhawatiran serius mengenai kepunahan massal yang akan datang. Meskipun ada kemungkinan spesies kita dapat bertahan, para ilmuwan memperkirakan bahwa banyak makhluk hidup, termasuk kita, berada dalam risiko kepunahan yang semakin besar.
Kepunahan Jauh Lebih Cepat
Spesies saat ini punah sekitar 1.000 kali lebih cepat dibandingkan tingkat kepunahan alami, sebanding dengan kepunahan massal di masa lalu.
Paleobiolog Professor Erin Saupe dari University of Oxford menjelaskan bahwa pemanasan global di masa lalu memengaruhi kelompok organisme secara berbeda, tidak merata.
Ciri-ciri tertentu, seperti jangkauan geografis yang kecil, menjadi prediktor terbaik untuk risiko kepunahan yang lebih tinggi.
Secara umum, kepunahan massal di masa lalu cenderung lebih menguntungkan hewan yang lebih kecil. Contohnya, peristiwa akhir Cretaceous yang memusnahkan dinosaurus non-unggas sangat merugikan makhluk berukuran besar.
Secara alami, bumi berada dalam periode iklim yang relatif dingin (ditandai dengan lapisan es), yang bergantian antara periode glasial (“zaman es”) dan interglasial. Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan periodik pada sumbu bumi dan orbitnya.
Perubahan iklim antropogenik saat ini diperkirakan menunda zaman es berikutnya, yang seharusnya terjadi dalam 100 ribu tahun mendatang.
Saupe juga mencatat bahwa suhu yang lebih tinggi sering berkorelasi dengan keanekaragaman hayati yang lebih besar. Oleh karena itu, iklim yang lebih dingin dapat mengurangi kekayaan keseluruhan hewan dan tumbuhan di Bumi, meskipun suhu yang lebih rendah cenderung menguntungkan hewan yang lebih besar (walaupun ada banyak pengecualian).
Spekulasi Spesies Pengganti Manusia
Setelah kepunahan, proses ‘radiasi adaptif’ akan mendorong populasi yang tersisa untuk beradaptasi dan mengisi ceruk ekologis yang kosong, seperti yang terjadi setelah dinosaurus punah.
Ahli biologi Profesor Jonathan Losos berpendapat bahwa spesies yang paling mungkin memicu radiasi evolusioner adalah spesies yang berkembang di sekitar manusia dan selamat dari kepunahan, seperti kucing, tikus, kecoa, dan merpati.
Evolusi Kucing
Losos berspekulasi bahwa kucing domestik dapat melahirkan spesies baru yang menyerupai singa atau harimau, atau bahkan mengembangkan cara hidup baru seperti “kucing-berang-berang air” atau “kucing meluncur”.
Namun, Losos meyakini bahwa tidak ada yang akan menggantikan manusia dalam hal dampak luar biasa yang telah kita berikan pada biosfer.
Pemulihan Bumi
Agar radiasi adaptif terjadi, lingkungan harus pulih dari kerusakan. Sayangnya, krisis saat ini membunuh makhluk-makhluk yang menjadi pondasi ekosistem.
Hilangnya terumbu karang, yang merupakan pusat keanekaragaman hayati, secara signifikan menekan pemulihan.
Berdasarkan catatan fosil setelah kepunahan massal besar, keanekaragaman hayati biasanya pulih dalam waktu sekitar 2 hingga 5 juta tahun.
Gangguan lingkungan yang paling parah, seperti kepunahan massal akhir Permian 251 juta tahun yang lalu (yang memiliki kemiripan mengkhawatirkan dengan kondisi saat ini), menunjukkan bahwa pemulihan penuh dapat memakan waktu lebih lama. Sebagai contoh, runtuhnya terumbu karang saat itu membutuhkan waktu hingga 6 juta tahun untuk pulih sepenuhnya. []