Sinata.id
  • Indeks
  • Headline
  • News
    • Nasional
    • Regional
    • Dunia
    • Pematangsiantar
    • Simalungun
  • Trending
  • Bisnis
    • Investasi
    • Keuangan
  • Sports
    • Bola
      • Liga Champions
      • Liga Inggris
      • Liga Italia
      • Liga Spanyol
  • Teknologi
    • AI
    • Aplikasi
    • Gadget
    • Game
  • Rileks
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Entertainment
      • Seleb
    • Kolom
      • Religi
  • Wisata
No Result
View All Result
Sinata.id
No Result
View All Result
Sinata.id
No Result
View All Result
  • INDEKS
  • Headline
  • News
  • Trending
  • Regional
  • Nasional
  • Bisnis
  • Sports
  • Entertainment
  • Teknologi
  • Wisata
  • Religi

Sikap Shafh Al-Jamil Dalam Perspektif Kebhinekaan

Editor: Gunawan Purba
7 November 2025 | 07:30 WIB
Rubrik: Religi
ahmad al hafif syahputra mpd dosen stai samora shafh al-jamil (memaafkan yang indah) adalah salah satu dari tiga jamil (tiga sifat yang disifati dengan indah dalam al-qur'an). sedang kan dua jamil yang lain adalah shabru jamil dan hajru jamil.

Dosen STAI Samora Ahmad Al Hafif Syahputra MPd

Oleh
Ahmad Al Hafif Syahputra MPd
Dosen STAI SAMORA

Shafh al-Jamil (memaafkan yang indah) adalah salah satu dari tiga Jamil (tiga sifat yang disifati dengan indah dalam Al-Qur’an). Sedang kan dua Jamil yang lain adalah Shabru Jamil dan Hajru Jamil.

Dalam Al-Qur’an, istilah “shafh al-jamil” الجمیل صفح adalah frasa yang memiliki makna mendalam dan spiritual. Sering kali diartikan sebagai “memaafkan dengan cara yang baik” atau “memaafkan dengan indah”.

Frasa ini tidak hanya berarti memaafkan kesalahan orang lain, tetapi juga melupakannya tanpa menyimpan dendam, amarah, atau rasa sakit di dalam hati.

Secara harfiah, “shafh” صفح berarti membalik halaman. Ini mengisyaratkan bahwa ketika memaafkan seseorang, kita harus benar-benar membalik lembaran, tidak lagi membahas atau mengingat kesalahan yang telah terjadi.

Sementara itu, “al-jamil” الجمیل berarti indah atau baik. Jadi “shafh al-jamil” adalah tindakan memaafkan yang dilakukan dengan:

1. Tanpa Mencela atau Menghina :

Tidak ada ucapan atau tindakan yang merendahkan orang yang dimaafkan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Tanpa Menuntut Balas :

Tidak ada keinginan untuk membalas dendam atau membuat orang tersebut merasa bersalah.

3. Dengan Tulus dari Hati :

Memaafkan tidak hanya di lisan, tetapi juga di dalam hati, sehingga tidak ada lagi perasaan benci atau amarah yang tersisa.

4. Melupakan Kesalahan :

Setelah memaafkan, anda tidak mengungkit-ungkit lagi kesalahan tersebut di masa depan.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Hijr ayat 85 : dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (shafh al-jamil).

Perbedaan utama antara “memaafkan biasa” dan “shafh al-jamil” adalah tingkat keikhlasannya.

Memaafkan biasa mungkin masih menyimpan sedikit rasa sakit atau dendam, sementara “shafh al-jamil” adalah tingkat maaf tertinggi yang menunjukkan kebesaran jiwa dan kesempurnaan akhlak, seperti yang dicontohkan oleh para Nabi.

Berikut contoh shafh al-jamil dalam Al-Quran:

1. Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk memperaktikkan shafh al-jamil dalam menghadapi kaum
musyrikin yang mendustakan risalahnya. Ayat Al-Quran Surah Al-Hijr ayat 85 ini turun di Mekah, saat Nabi dan para sahabatnya menghadapi ejekan, penolakan, dan penganiayaan yang berat.

Allah tidak memerintahkan Nabi untuk membalas dendam atau membalas ejekan mereka. Sebaliknya Allah memerintahkan untuk berpaling dari perlakuan buruk mereka dan tidak mengungkit kesalahan itu sama sekali. Ini adalah bentuk pengampunan yang paling indah, di mana seseorang tidak hanya menahan diri dari membalas, tetapi juga membersihkan hatinya dari rasa sakit hati atau dendam.

2. Sikap shafh al-jamil (memaafkan dengan cara yang baik tanpa celaan) adalah kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dan saudara-saudaranya. Karena rasa iri yang mendalam, saudara-saudara Yusuf bersekongkol dan merencanakan untuk menyingkirkan Yusuf.

Awalnya mereka ingin membunuhnya, tetapi kemudian salah satu dari mereka (ada yang menyebut Ruben atau Yahuda) mengusulkan agar Yusuf dibuang ke dalam sumur kering. Lalu mereka kembali kepada Nabi Ya’qub dengan membawa jubah Yusuf yang telah dilumuri darah palsu (darah kambing).

Mereka berdusta bahwa Yusuf telah dimakan serigala. Hal ini menyebabkan Nabi Ya’qub sangat sedih dan berduka dalam waktu yang lama.

Setelah melalui berbagai cobaan, termasuk fitnah Zulaikha (istri Al-Aziz) dan dipenjara, Allah SWT menganugerahkan kepada Nabi Yusuf suatu kedudukan yang tinggi, yaitu diangkat menjadi Menteri Keuangan (Bendahara Negara), posisi yang sangat strategis.

Ketika saudara-saudara Yusuf mengetahui bahwa Yusuf sang bendahara Negara adalah Yusuf yang mereka buang tempo hari, mereka sangat malu dan merasa bersalah.

Namun Yusuf tidak menggunakan momen pengakuan dosa itu untuk membalas sakit hatinya. Nabi Yusuf A.S. tidak berkata, “Lihatlah, dulu kalian melempar aku ke sumur, sekarang kalian butuh bantuanku.

Ia tidak pula mengungkit penderitaannya di masa lalu dijual sebagai budak, dipenjara bertahun-tahun meskipun semua itu adalah perbuatan saudara-saudaranya.

Nabi Yusuf memberikan maaf secara penuh dan bahkan mendoakan ampunan bagi mereka dari Allah. Ini menunjukkan puncak dari sifat memaafkan yang tidak hanya mengakhiri permusuhan, tetapi juga membersihkan hati dari dendam.

Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran Surah Yusuf ayat 92 : “Dia (Yusuf) berkata: Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Para Penyayang”.

3. Perintah untuk memaafkan dengan cara yang baik (shafh al-jamil) diberikan kepada seorang sahabat terkemuka, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang berkenaan dengan peristiwa haditsul ifk (berita bohong) yang menimpa Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Salah satu orang yang turut menyebarkan berita bohong itu adalah Misthah bin Utsasah, seorang kerabat dan fakir miskin yang selalu diberi nafkah oleh Abu Bakar.

Fitnah tersebut menuduh Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha telah melakukan perzinahan dengan seorang sahabat, yaitu Shafwan bin Mu’aththal. Fitnah ini bermula ketika Aisyah tertinggal dari rombongan pasukan yang pulang dari Perang Bani Musthaliq.

Ia tertinggal karena mencari kalungnya yang hilang. Kemudian, Shafwan bin
Mu’aththal, yang bertugas menyusul rombongan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, menemukan Aisyah.

Shafwan mengenali Aisyah, lalu ia menuntun untanya untuk dinaiki oleh Aisyah dan mengantarnya menyusul rombongan. Peristiwa inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, gembong kaum munafikin Mekah, untuk menyebarkan berita bohong tersebut.

Sayangnya, Misthah bin Utsasah, yang merupakan kerabat dekat dan penerima bantuan finansial dari ayah Aisyah, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, juga ikut terpengaruh dan menyebarkan fitnah tersebut.

Hal ini dilukiskan dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 22 : “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.

Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

4. Pada masa Perang Uhud, Hamzah bin Abdul Muthalib, paman dari Nabi Muhammad SAW, gugur sebagai syahid.

Kisah kematiannya sangat tragis dan penuh duka. Hamzah, yang dikenal sebagai Singa Allah, adalah pejuang yang sangat gagah berani di medan perang. Ia memainkan peran penting dalam banyak pertempuran awal Islam.

Namun, ia menjadi target utama bagi kaum Quraisy karena keberaniannya dan kekesalan mereka atas perannya dalam Perang Badar. Kematian Hamzah direncanakan oleh Hindun binti Utbah, istri dari Abu Sufyan.

Ia sangat dendam kepada Hamzah karena Hamzah telah membunuh ayah, paman, dan saudara laki-lakinya dalam Perang Badar. Untuk membalas dendam, Hindun menjanjikan hadiah besar kepada siapa pun yang bisa membunuh Hamzah. Hadiah itu diberikan kepada seorang budak bernama Wahsyi bin Harb.

Wahsyi adalah seorang budak yang mahir menggunakan tombak pendek yang disebut harbah. Ia menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang Hamzah di medan Perang Uhud. Ketika Hamzah sedang sibuk bertarung dengan musuh, Wahsyi melempar tombaknya dari jarak jauh dan tepat mengenai Hamzah. Hamzah pun gugur seketika.

Setelah pertempuran usai, Hindun binti Utbah dan beberapa wanita Quraisy lainnya mendatangi jasad Hamzah.
Penuh kebencian, Hindun merobek dada Hamzah, mengambil hatinya, dan mencoba memakannya sebagai
bentuk balas dendam.

Peristiwa ini sangat menyayat hati dan membuat Nabi Muhammad SAW sangat sedih. Kematian Hamzah sangat berkesan bagi Nabi Muhammad SAW. Kesedihan beliau begitu mendalam. Nabi bersumpah untuk membalaskan dendamnya, tetapi kemudian Allah menurunkan wahyu yang melarang tindakan pembalasan yang berlebihan. Wahyu itu mengajarkan pentingnya kesabaran dan keadilan, bahkan di tengah duka yang mendalam.

Belakangan, Wahsyi bin Harb dan Hindun binti Utbah memeluk Islam setelah penaklukan Mekkah. Meskipun awalnya sangat sulit, Nabi Muhammad SAW memaafkan mereka. Menunjukkan kebesaran hati dan pengampunan yang tulus.

Wahsyi bahkan bertobat dan kemudian berjuang bersama pasukan Muslim dalam Perang Yamamah, di mana ia berhasil membunuh Musailamah al-Kadzdzab, seorang nabi palsu, dengan tombaknya.

Perintah Allah untuk memaafkan dengan cara yang baik (shafh al-jamil) berkaitan dengan kematian Hamzah ini, dicantumkan dalam QS. An-Nahl ayat 126 : “dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Dari pemaparan tersebut di atas terlihat bahwa agama Islam sebagai agama Rohmatal Lil’alamiin sangat menganjurkan umatnya untuk mengedepankan pemberian maaf bagi orang yang telah melakukan kesalahan kepada dirinya. Maaf tersebut diberikan secara tulus dari lubuk hati yang paling dalam.

Maaf yang diberikan secara tulus akan memberikan dampak positip dalam diri orang yang membuat kesalahan, berupa kesadaran akan kesalahannya, penghargaan yang tinggi terhadap yang memberi maaf serta motivasi yang kuat untuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat pada masa yang akan datang.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar yang memiliki banyak sekali hal-hal berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan tersebut berkaitan dengan prinsip, pedoman dan
tatanan budaya di masyarakat yang disebut kebhinekaan.

Kebhinekaan (atau keragaman) merujuk pada adanya perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan di tengah masyarakat. Indonesia, dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda tetapi Tetap Satu), adalah contoh utama negara yang kaya akan kebhinekaan.

Kebhinekaan tersebut meliputi kebhinekaan suku bangsa dan ras, kebhinekaan agama dan kepercayaan, kebhinekaan bahasa, kebhinekaan adat istiadat dan budaya, kebhinekaan profesi dan pekerjaan serta kebhinekaan tingkat sosial dan ekonomi. Semua macam kebhinekaan ini membentuk mozaik unik bangsa Indonesia, yang perlu dikelola dengan sikap toleransi dan saling menghargai. Satu satu sikap yang harus ditanamkan dalam Islam adalah Shafh al-Jamil (memaafkan yang indah) sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran.

Shafh al-Jamil (memaafkan yang indah) bukan berarti pasrah dan tidak berbuat sesuatupun dan hanya menyerahkan persoalan hanya kepada Allah SWT dan
membebaskan orang yang telah menzalimi untuk berbuat sesuka hatinya.

Lebih jauh Shafh al-Jamil memberikan maaf yang tulus terhadap kesalahan orang lain dengan maksud agar orang tersebut merobah kesalahan yang telah diperbuatnya, memperkuat silaturrohim antara kita dengan yang telah melakukan kesalahan serta dalam rangka menerapkan misi dan dakwah Islam sebagai Rohmatal Lil’alamin bagi semua makhluk di muka bumi ini. Islam bukan Agama ekstrim kiri dan ekstrim kanan.

Sebaliknya Islam agama yang moderat yang mampu membawa keselamatan bagi umat manusia di dunia dan akhirat. QS. Al-Ma’idah ayat 16 : “Dengan Kitab (Al-Qur’an) itulah Allah menunjuki orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan (Sabilus Salam), dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.” Wallahul muafiq ila aqwaamit thoriq. (*)

Berita Terkait

ps. dion panomban.
Religi

Makna Pengorbanan Sejati dalam Pemuridan: Belajar dari Teladan Paulus

Editor: Ferry SP Sinamo
7 November 2025 | 08:55 WIB

Oleh: Pastor Dion Panomban - dari Yerusalem Saat teduh Abba Home Family, Jumaat 7 November 2025. Sukses sebuah pemuridan adalah...

Baca SelengkapnyaDetails
pdt. mis. ev. daniel pardede, sh., mh.
Religi

Tuhan Turut Bekerja dalam Segala Hal

Editor: Ferry SP Sinamo
7 November 2025 | 08:53 WIB

Oleh: Pdt Mis Ev Daniel Pardede,SH.MH. Dalam renungan “Sarapan Pagi Kristen” melalui kanal , disampaikan pesan mendalam dari Roma 8:28 yang...

Baca SelengkapnyaDetails
pdt. manser sagala, m.th
Religi

Bahaya Dosa Menjauhkan Manusia dari Allah

Editor: Ferry SP Sinamo
7 November 2025 | 08:51 WIB

Oleh: Pdt Manser Sagala, M.Th Bahaya Dosa bagian ketiga yang dibawakan oleh Manser Sagala mengingatkan kembali makna mendalam dari firman Tuhan...

Baca SelengkapnyaDetails
ta oleh ustad tigor harahap "setiap manusia pasti melakukan kesalahan. sebaik-baik pelaku kesalahan adalah yang bertaubat."
Religi

Ta

Editor: Gunawan Purba
7 November 2025 | 08:13 WIB

Oleh Ustad Tigor Harahap "Setiap manusia pasti melakukan kesalahan. Sebaik-baik pelaku kesalahan adalah yang bertaubat." Saat kita mendapati manusia hanya...

Baca SelengkapnyaDetails
pdt. mis. ev. daniel pardede, sh., mh.
Religi

Keselamatan Adalah Anugerah: Hidup Dalam Kasih dan Pelayanan

Editor: Ferry SP Sinamo
6 November 2025 | 11:28 WIB

Oleh: Pdt Mis Ev Daniel Pardede,SH.MH Yesaya 43:21 “Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyuran-Ku.” Dalam renungan pagi ini,...

Baca SelengkapnyaDetails

Berita Terbaru

Religi

Makna Pengorbanan Sejati dalam Pemuridan: Belajar dari Teladan Paulus

7 November 2025 | 08:55 WIB
Religi

Tuhan Turut Bekerja dalam Segala Hal

7 November 2025 | 08:53 WIB
Religi

Bahaya Dosa Menjauhkan Manusia dari Allah

7 November 2025 | 08:51 WIB
Religi

Ta

7 November 2025 | 08:13 WIB
Dunia

Kampanye Pintu ke Pintu Antar Zohran Mamdani ke Kursi Walikota New York

7 November 2025 | 07:35 WIB
Religi

Sikap Shafh Al-Jamil Dalam Perspektif Kebhinekaan

7 November 2025 | 07:30 WIB
Pematangsiantar

Warga Bisa Laporkan Keberatan Soal Penangkaran Walet ke Polres Siantar

6 November 2025 | 21:35 WIB
Nasional

Menteri Pertahanan Pimpin Penertiban Tambang Nikel Ilegal

6 November 2025 | 21:22 WIB
Regional

Dua Kurir 10 Kg Sabu Dihukum 18 Tahun di Medan

6 November 2025 | 21:20 WIB
Nasional

DPR RI Tegaskan, Guru Madrasah Lulus Passing Grade Harus Jadi Prioritas P3K

6 November 2025 | 21:05 WIB
Pematangsiantar

Ditanya DPRD Kategori Lahan di Bah Sorma, Jawaban Pejabat Pemko Siantar Berbeda

6 November 2025 | 20:40 WIB
Nasional

Mutasi TNI, Jabatan Pangdam Bukit Barisan Berganti

6 November 2025 | 20:38 WIB
  • Indeks
  • Pedoman
  • Privacy
  • Redaksi
  • ToS
  • News Map
  • Site Map
Seedbacklink

© 2025

logo sinata id new


PT. SINAR KEADILAN UTAMA (SINATA)
Jl. Merpati V No 2, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12320.

ALAMAT REDAKSI
Jl. Pdt. Justin Sihombing No. 162, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, 21139, Sumatera Utara.

📧 redaksisinata @ gmail.com

No Result
View All Result
  • Indeks
  • Headline
  • News
    • Nasional
    • Regional
    • Dunia
    • Pematangsiantar
    • Simalungun
  • Trending
  • Bisnis
    • Investasi
    • Keuangan
  • Sports
    • Bola
      • Liga Champions
      • Liga Inggris
      • Liga Italia
      • Liga Spanyol
  • Teknologi
    • AI
    • Aplikasi
    • Gadget
    • Game
  • Rileks
    • Gaya Hidup
    • Kesehatan
    • Entertainment
      • Seleb
    • Kolom
      • Religi
  • Wisata

© 2025

logo sinata id new


PT. SINAR KEADILAN UTAMA (SINATA)
Jl. Merpati V No 2, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12320.

ALAMAT REDAKSI
Jl. Pdt. Justin Sihombing No. 162, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Pematangsiantar, 21139, Sumatera Utara.

📧 redaksisinata @ gmail.com