Sinata.id – Angga Bagus Perwira (12), siswa kelas VII SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, meninggal dunia di ruang kelas usai diduga dianiaya oleh teman-teman sekelasnya pada Sabtu (11/10/2025). Polisi kini menyelidiki kasus tersebut yang diduga kuat akibat perundungan di lingkungan sekolah.
Suasana duka menyelimuti Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Seorang bocah Angga, meregang nyawa di tempat yang seharusnya menjadi ruang belajar dan tawa, ruang kelasnya sendiri.
Sabtu (11/10/2025) pagi itu, suasana sekolah yang biasanya riuh berubah mencekam. Angga ditemukan tak bernyawa di ruang kelas VII G setelah diduga mengalami penganiayaan atau bullying yang dilakukan oleh teman-temannya sendiri.
Baca Juga: Terungkap! Ini Dia Kasus Mbah Tarman yang Pernah Heboh di Tahun 2022
Dua Kali Dikeroyok di Jam Pelajaran
Menurut kesaksian teman sekelasnya, APR (12), tragedi bermula saat jam pelajaran baru saja dimulai dan guru belum masuk kelas. Angga sempat diejek oleh beberapa temannya. Tak terima dengan olok-olok itu, perkelahian pun pecah.
“Angga dipukuli di bagian kepala, lalu berhenti. Itu jam ketiga, tapi belum ada guru,” tutur APR, siswi kelas VII F yang ruangnya bersebelahan dengan kelas korban.
Namun situasi belum berakhir. Sekitar pukul 11.00 WIB, Angga kembali dikerubungi dan dipaksa berkelahi dengan siswa lain berinisial AD (12).
“Mereka bilang, ‘Kamu beraninya sama siapa?’ lalu Angga disuruh berduel lagi. Dia dipukul berkali-kali di kepala sampai kejang-kejang,” lanjut APR.
Ironisnya, kedua insiden itu terjadi saat jam pelajaran aktif, tetapi tanpa satu pun guru yang hadir di dalam kelas.
Kejang di Kelas, Nyawa Tak Tertolong
Usai menerima pukulan di kepala, Angga tiba-tiba kejang dan tak sadarkan diri di depan teman-temannya. Panik, para siswa membawanya ke UKS sekolah.
Sayang, nyawa bocah itu tak terselamatkan.
“Kami dapat kabar Angga meninggal di sekolah. Katanya sempat dikeroyok teman-temannya,” ujar Suwarlan (45), paman korban.
Jenazah Angga kemudian dibawa ke RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi, untuk dilakukan otopsi oleh tim Biddokkes Polda Jateng.
Hasil pemeriksaan mengungkap adanya penggumpalan darah di kepala.
“Dia Anak Pendiam dan Penurut”
Kedua orangtua korban, Sawendra dan Ike Purwitasari, segera pulang dari Cianjur, Jawa Barat, setelah menerima kabar duka itu. Mereka tiba di rumah duka dengan wajah tak percaya.
Sang kakek, Pujiyo (50), menceritakan bahwa Angga sudah beberapa kali mengeluhkan perlakuan kasar teman-temannya di sekolah. Bahkan, ia sempat tak mau berangkat sekolah karena trauma.
“Dia pernah pulang dengan luka di kepala karena dipukul. Kami sudah lapor ke sekolah, tapi kejadian itu terulang lagi. Dia itu anak penurut, pendiam, suka bola. Enggak pernah macam-macam,” ujar Pujiyo.
Keluarga juga sempat mendengar kabar simpang siur bahwa Angga dijatuhkan dari tangga sebelum meninggal. Mereka pun meminta agar penyebab kematian cucu mereka diusut tuntas melalui proses hukum dan otopsi yang menyeluruh.
Sekolah Bungkam
Kepala Sekolah SMPN 1 Geyer, Sukatno, akhirnya buka suara. Dalam pesan singkatnya, ia menyatakan kasus ini telah ditangani oleh pihak Polres Grobogan.
“Permasalahan di sekolah sudah ditangani oleh pihak berwajib,” ujarnya singkat.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, memastikan bahwa polisi telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk teman-teman korban dan para guru.
“Masih dalam proses penyelidikan. Fokus kami pada unsur penganiayaan dan dugaan kelalaian pengawasan pihak sekolah,” tegasnya.
Minggu pagi (12/10/2025), jenazah Angga dimakamkan di pemakaman umum Desa Ledokdawan, tak jauh dari rumahnya. Warga desa, teman-teman sekolah, dan keluarga berkumpul dalam keheningan.
Sang ibu terus menggenggam foto kecil putranya, sementara sang ayah berdiri terpaku menatap tanah merah yang menutup tubuh mungil Angga. [zainal/a46]
sumber: kompascom