Sinata.id – Pasar obligasi dalam negeri kembali bergairah, setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberi sinyal akan mengurangi penarikan utang negara di APBN 2025. Strategi efisiensi ini langsung mendorong harga Surat Utang Negara (SUN) melesat sementara yield mencatat level terendah dalam empat tahun terakhir, menunjukkan minat beli investor yang tinggi terhadap instrumen keuangan pemerintah.
Pemerintah bersiap menekan penarikan utang baru dalam APBN 2025. Kebijakan efisiensi fiskal itu ternyata langsung mendapat tepuk tangan dari pelaku pasar, terutama investor surat utang negara. Buktinya, harga SUN terus meroket, sementara yield terperosok ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Data perdagangan Over The Counter (OTC) Bloomberg pada Kamis (16/10/2025) pukul 12.08 WIB mencatat, seluruh tenor SUN kompak mengalami penurunan yield. Tren ini mengindikasikan meningkatkan minat beli investor terhadap instrumen utang pemerintah.
Baca Juga: Utang Negara Melonjak 31,7 Persen, Purbaya Pertimbangkan Stop Penerbitan SBN
Penurunan paling tajam muncul pada SUN tenor panjang 15 tahun (15Y) yang anjlok 9 basis poin (bps) ke level 6,422%. Disusul tenor 13 tahun dan 12 tahun yang terkoreksi 8 bps dan 7,4 bps. Bahkan SUN tenor 6 tahun ikut melemah 3,8 bps.
SUN tenor 10 tahun juga terseret turun 7,7 bps dan kini berada di 5,945%, level terendah sejak Januari 2021. Sementara itu, tenor 9 tahun melorot 6,5 bps ke 5,924%. Pada tenor pendek, yield SUN 5 tahun susut 0,9 bps, dan SUN 1 tahun terkoreksi 3,9 bps ke 4,807%.
Gelombang reli harga SUN ini dipicu oleh arah kebijakan fiskal pemerintah. Purbaya mengungkapkan strategi penghematan anggaran melalui pengalihan belanja negara yang tak terserap serta pengurangan kebutuhan utang.
“Selain efisiensi lewat realokasi anggaran, saya juga bisa menekan penerbitan surat utang negara. Kalau tidak dibutuhkan, untuk apa utang diterbitkan?” tegas Purbaya.
Ia menegaskan, utang bukan harga mati dalam pembiayaan negara. Jika belanja terkendali dan pendapatan memadai, tidak ada keharusan menarik utang hingga batas target.
“Saya justru mencegah pemborosan. Tidak logis menerbitkan utang lalu uangnya menganggur, tetapi bunga jalan terus,” ujarnya.
Purbaya bahkan membuka peluang menunda penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir tahun, apabila kas negara dinilai cukup.
“Bila tak perlu, ya tidak usah diterbitkan. Skema utang bisa tidak dilanjutkan,” tambahnya.
Dilansir Bloomberg, yield obligasi pemerintah Indonesia kini menyentuh titik terendah dalam lebih dari empat tahun. Tren ini diperkuat dua faktor penting yakni ekspektasi penurunan suku bunga acuan serta permintaan tinggi investor domestik terhadap aset pendapatan tetap. [zainal/a46]