Pilihan Editor: Bank Sentral India Pangkas Suku Bunga di Tengah Rupee Terpuruk
Walhi Menuding Buka Lahan 300 Ha Perparah Banjir, PTAR Membantah
Di luar itu, tekanan datang dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Utara.
Organisasi lingkungan tersebut menuduh aktivitas tambang Martabe telah mengurangi tutupan hutan hingga 300 hektare, serta menempatkan fasilitas limbah tambang terlalu dekat dengan Sungai Aek Pahu.
Walhi juga menerima keluhan warga yang menyebut air sungai menjadi keruh sejak beroperasinya Pit Ramba Joring pada 2017.
Namun PTAR menolak tegas tudingan tersebut.
Dalam pernyataan resminya, perusahaan menyebut banjir bandang berasal dari sumbatan material kayu gelondongan di dua jembatan, Garoga I dan Anggoli I, yang menyebabkan perubahan mendadak pada alur sungai hingga menerjang Desa Garoga.
“Mengaitkan operasional tambang dengan banjir Garoga adalah kesimpulan prematur dan tidak tepat,” tegas manajemen PTAR.
Perusahaan menambahkan, wilayah operasinya berada di DAS Aek Pahu, sedangkan banjir terjadi di DAS Garoga, dua aliran berbeda yang baru bertemu jauh di hilir.
Untuk sementara, Martabe berubah fungsi. Dari kawasan industri tambang, kini menjadi pusat logistik dan bantuan bagi desa-desa yang luluh lantak diterjang air dan longsor.
Sementara itu, pemerintah memastikan evaluasi terus dilakukan, termasuk memantau aktivitas pertambangan di sekitar lokasi bencana untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip good mining practice. [a46]