Pematangsiantar, Sinata.id – Invisible hand (tangan tersembunyi) hadang Hamdani Lubis jalankan kewenangan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Pematangsiantar untuk menindak anggotanya yang membandel.
Dampak dari itu pun cukup serius. Yakni, sejumlah kegiatan anggaran di Dinas Pendidikan tidak terlaksana. Hingga kemudian, serapan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar untuk tahun 2024, tidak maksimal.
Demikian terungkap pada rapat kerja (raker) Komisi 2 DPRD Kota Pematangsiantar dengan Kadisdik Kota Pematangsiantar bersama staf Dinas Pendidikan untuk membahas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran tahun 2024, Kamis 17 Juli 2025.
Pada raker yang dipimpin Ketua Komisi 2 DPRD Kota Pematangsiantar Hendra Pardede tersebut, dilaporkan, sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) pada Dinas Pendidikan untuk tahun anggaran 2024 mencapai Rp 20 miliar, dari total anggaran Rp 271 miliar.
Beranjak dari nominal silpa yang cukup besar, Anggota Komisi 2 DPRD, Alponso Sinaga menyampaikan kekecewaannya. “Kita sangat kecewa pagu anggaran itu tidak direalisasikan untuk mencerdaskan anak bangsa yang ada di Kota Pematangsiantar,” ucap Alponso.
Terhadap pernyataan dan sikap Alponso, Kadisdik Hamdani Lubis beralasan, ia tidak memiliki kewenangan penuh untuk mengkonsolidasikan anggotanya (ASN/pejabat) di Dinas Pendidikan pada tahun 2024 yang lalu.
Selain itu, Hamdani juga menyebut, sebagian silpa itu tercipta, juga tidak terlepas dari kesalahan anggotanya yang tidak menjalankan instruksi tugas yang ia berikan.
“Kami akui SiLPA di kami itu (di Dinas Pendidikan) cukup besar. Dan kami akui kalau itu salah, dan di tahun depan hal itu tidak akan terjadi lagi,” tutur Hamdani.
Setelah mendengar jawaban (alasan) Kadisdik seperti itu, anggota komisi 2 lainnya, Metro Bodiart Hutagaol mempertanyakan alasan Hamdani tidak menindak anggotanya yang mengabaikan (tidak menjalankan) perintah tugas darinya.
Kemudian, menanggapi pertanyaan Metro Hutagaol, Kadisdik yang dilantik pada Juli 2024 itu menyebut, setiap ia hendak menegur atau menindak anggotanya, mendapat intervensi dari invisible hand.
Menurutnya, sosok dibalik layar (invisible hand) itu, memiliki “kekuasaan” yang tak sanggup ia lawan. Untuk itu, ia berharap, agar ia memiliki kewenangan penuh saat memimpin Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar.
“Ada hal-hal yang memang tidak bisa sesuai dengan kenyataannya. Banyak invisible hand, yang ketika kita usik, kemudian telepon masuk. Makanya kalau kita usik, masuklah WA, kalau kita usik dipanggil lah kita,” tandasnya.
Ditemui selepas raker, Hamdani yang sering disapa Dani, tidak memberitahu sosok tersembunyi yang menghadang dirinya menggunakan kewenangan Kadisdik. (*)