Situasi di lapangan terus memanas. Pada akhir pekan lalu, Angkatan Udara Thailand dilaporkan mengerahkan jet tempur untuk menggempur sebuah gedung kasino yang dituding berfungsi sebagai fasilitas militer, serta menghancurkan dua jembatan yang diyakini menjadi jalur distribusi senjata dan pergerakan pasukan tambahan.
Di sisi lain, pemerintah Kamboja menuding Thailand telah menjatuhkan dua bom menggunakan jet tempur di dekat sebuah kamp pengungsi di Provinsi Siem Reap pada Senin pagi, tuduhan yang menambah ketegangan diplomatik kedua negara.
Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, menegaskan operasi militer akan terus dilanjutkan hingga ancaman terhadap wilayah dan warga Thailand dinilai benar-benar mereda.
Ia juga memastikan belum ada kesepakatan gencatan senjata baru, meski upaya mediasi dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada akhir pekan lalu.
Gelombang kekerasan terbaru sejak 7 Desember ini telah menelan korban besar.
Baca Juga: Prabowo Ungkap Pemulihan Banjir dan Longsor di Aceh–Sumatera Butuh Waktu hingga Tiga Bulan
Lebih dari 20 orang dilaporkan tewas, terdiri atas 16 prajurit Thailand dan 12 warga sipil Kamboja.
Selain itu, lebih dari setengah juta warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.
Hingga kini, otoritas Kamboja belum merilis data resmi mengenai korban dari pihak militernya.
Konflik ini disebut sebagai eskalasi paling serius sejak bentrokan hebat selama lima hari pada Juli lalu, yang kala itu berhasil dihentikan melalui gencatan senjata hasil fasilitasi Amerika Serikat.
Kesepakatan tersebut sempat dibayangi ancaman penghentian perundingan dagang dengan kedua negara.






