Tak hanya pangan, akses ke layanan kesehatan pun menjadi persoalan serius.
Baca Juga: Bupati Bireuen Siang Malam Turun ke Pengungsian, Pastikan Korban Banjir Tak Kelaparan
Tim BPBD bersama relawan menghadapi tantangan berat untuk menjangkau wilayah terpencil.
Keterbatasan alat berat, medan ekstrem, serta cuaca yang belum bersahabat memperlambat proses pembukaan jalur.
Akibatnya, banyak warga terpaksa berjalan kaki berkilo-kilometer untuk mencari bantuan atau menuju posko pengungsian.
Di Kecamatan Permata, warga dari Desa Kem harus menempuh perjalanan berjam-jam melalui jalur tanjakan licin dan berlumpur demi mencapai Desa Buntul.
Jalur itu menjadi satu-satunya akses setelah jalan utama terputus akibat longsor.
Kisah lain datang dari seorang ibu hamil yang terpaksa ditandu menyeberangi lereng gunung terjal karena jembatan penghubung desa runtuh.
Untuk mencapai puskesmas terdekat, warga harus berjalan kaki hingga puluhan kilometer, dengan waktu tempuh mencapai sepuluh jam.
Di tengah keterbatasan dan ancaman kelaparan, warga hanya berharap satu hal: bantuan segera tiba sebelum krisis ini memakan korban lebih banyak.
Situasi darurat ini menuntut respons cepat, terkoordinasi, dan transparan agar nyawa ribuan warga di pedalaman Aceh tidak terus dipertaruhkan oleh waktu dan keterisolasian. [a46]






