Pematangsiantar, Sinata.id – Tradisi adat Batak tetap hidup dan terus diwariskan lintas generasi, salah satunya melalui upacara tujuh bulanan kehamilan pertama yang dikenal sebagai Mambosuri dalam adat Batak Simalungun. Tradisi ini bukan sekadar ritual adat, melainkan sarat makna doa, restu orang tua, serta pengharapan akan penyertaan Tuhan bagi ibu dan bayi yang sedang dikandung.
Dalam adat Batak Simalungun, Mambosuri dilaksanakan ketika seorang perempuan mengandung anak pertamanya dan usia kehamilan memasuki tujuh bulan. Pada momen ini, orang tua dari pihak istri memiliki kewajiban moral dan adat untuk memberkati putrinya, sebagai ungkapan kasih, tanggung jawab, serta ikatan batin yang kuat antara orang tua, anak, dan generasi yang akan lahir.

Tradisi sakral ini dilaksanakan dalam keluarga Wanda Mehangga Sinamo dan istrinya Asri Yuni Pratiwi Garingging, yang saat ini tengah menantikan kelahiran anak pertama mereka. Sebagai bentuk penghormatan terhadap adat dan ungkapan syukur, orang tua Asri Yuni Pratiwi Garingging melaksanakan prosesi Mambosuri kepada putrinya.

Prosesi adat dipimpin oleh Pdt. Liharman Garinghing, S.Th, yang menyampaikan nilai-nilai adat Batak Simalungun sekaligus doa iman Kristen. Acara berlangsung di kediaman orang tua Wanda Mehangga Sinamo, di Jalan Rakutta Sembiring, Perumahan Grand Rakutta Indah No. 42–43, Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar.

Pelaksanaan 7 bulanan/Mambosuri ini digelar pada Sabtu, 13 Desember 2025, sekitar pukul 12.00 WIB, dan berlangsung dengan penuh kekhidmatan, memadukan adat dan nilai keagamaan. Suasana kekeluargaan dan doa terasa kuat, mencerminkan makna sejati dari tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Dalam penyampaian adat, Pdt. Liharman Garinghing, S.Th menegaskan bahwa Mambosuri bukan hanya sekadar warisan budaya, melainkan doa tulus orang tua kepada anaknya.
“Mambosuri ini bukan hanya adat, tetapi doa orang tua kepada anaknya. Kami menyerahkan kehamilan ini ke dalam tangan Tuhan, agar ibu dan bayi yang dikandung selalu diberi kesehatan, kekuatan, dan keselamatan sampai hari kelahiran tiba,” ujar Pdt. Liharman Garinghing, S.Th dengan penuh hikmat.

Sementara itu, Wanda Mehangga Sinamo mengungkapkan rasa syukur atas perhatian dan kasih orang tua yang diwujudkan melalui adat dan doa.
“Kami sangat bersyukur atas kasih orang tua yang diwujudkan lewat adat Mambosuri ini. Bagi kami, ini menjadi penguat iman dan pengingat bahwa keluarga serta adat adalah fondasi penting dalam membangun rumah tangga,” tutur Wanda.

Perasaan haru juga dirasakan oleh Asri Yuni Pratiwi Garingging, yang menerima rangkaian adat dan doa dari orang tuanya.
“Sebagai anak dan calon ibu, saya merasa dikuatkan. Doa orang tua dan keluarga memberi ketenangan serta keyakinan bahwa Tuhan menyertai setiap proses kehamilan ini,” ungkap Asri.
Perwakilan keluarga besar yang turut hadir menegaskan pentingnya menjaga adat di tengah perkembangan zaman.
“Tradisi seperti Mambosuri harus terus dijaga. Inilah cara orang tua menanamkan nilai kasih, tanggung jawab, dan iman kepada generasi berikutnya,” katanya.
Secara filosofis, tradisi Mambosuri bertujuan memohon agar bayi yang dikandung dapat lahir dengan sehat, serta ibu diberikan kekuatan dan keselamatan hingga masa persalinan. Lebih dari itu, Mambosuri menjadi wujud iman bahwa setiap kehidupan baru adalah anugerah Tuhan yang patut disyukuri dan dijaga bersama.
Di tengah arus modernisasi, pelaksanaan Mambosuri ini menjadi pengingat bagi generasi muda agar tidak melupakan akar budaya dan adat istiadat leluhur. Tradisi bukan penghalang kemajuan, melainkan fondasi nilai yang mengajarkan penghormatan kepada orang tua, keluarga, dan Sang Pencipta.
Melalui Mambosuri, adat Batak Simalungun kembali berbicara tentang kehidupan, doa, kasih keluarga, serta tanggung jawab meneruskan warisan budaya agar tetap hidup dari zaman ke zaman.(SN7).






