Ia mengklaim telah memerintahkan serangan terhadap kapal-kapal di perairan internasional yang diduga digunakan untuk mengirim narkoba ke AS.
Bahkan, Trump secara terbuka menyatakan kesiapannya memperluas operasi tersebut hingga ke fasilitas produksi narkoba di darat.
“Kami akan bergerak ke darat. Itu justru lebih mudah, tetapi ini menyangkut ancaman militer langsung terhadap Amerika Serikat,” kata Trump dengan nada tegas.
Pilihan Editor: Timsus JCS Polrestabes Medan Ringkus Begal Motor Dini Hari, Penadah Masuk DPO
Kebijakan keras ini juga berkaitan dengan tekanan politik Trump terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolás Maduro.
Trump selama ini menuding Venezuela sebagai salah satu simpul utama dalam jaringan perdagangan narkoba internasional.
Sementara itu, Kepala Urusan Perbatasan AS di era Trump, Tom Homan, yang turut hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan bahwa ide pengklasifikasian fentanil sebagai senjata pemusnah massal telah dibahas secara internal selama berbulan-bulan.
Dukungan politik terhadap langkah ini juga datang dari Kongres. Anggota DPR AS dari Partai Republik, Lauren Boebert, sebelumnya telah mengajukan rancangan undang-undang yang mendorong Kantor Penanggulangan Senjata Pemusnah Massal di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk memasukkan fentanil dalam mandat resminya.
Menariknya, langkah keras terhadap fentanil ini muncul di tengah sinyal berbeda dari Trump terkait kebijakan narkotika lainnya.
Presiden AS itu dikabarkan sedang mempertimbangkan pelonggaran status hukum mariyuana, yang langsung memicu lonjakan harga saham perusahaan ganja di pasar keuangan. [a46]






