Sinata.id – Rentetan bencana Sumut yang menghantam sejak tiga hari terakhir berubah menjadi situasi darurat besar.
Polda Sumatera Utara mencatat 148 kejadian bencana alam yang melanda 12 kabupaten/kota dalam tiga hari terakhir, menewaskan 34 warga, puluhan luka-luka, dan 52 lainnya masih hilang, sementara 1.030 personel gabungan dikerahkan untuk evakuasi dan pencarian di lokasi-lokasi terdampak.
Bencana alam yang terjadi bukan hanya longsor. Banjir, pohon tumbang, hingga puting beliung juga terjadi gingga memutus akses dan melumpuhkan permukiman.
Di balik angka itu, 175 warga menjadi korban dalam peristiwa ini, 34 orang meninggal dunia, 77 luka ringan, 11 luka berat, dan 52 masih hilang dan belum ditemukan.
Lebih dari 1.168 penduduk terpaksa mengungsi setelah rumah mereka tak lagi aman dihuni.
Baca Juga: Kota Sibolga Luluh Lantak, Tim SAR Kerja Nonstop
Bencana Datang Hampir Bersamaan
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Ferry Walintukan, menyampaikan gambaran situasi yang disebutnya sebagai “tiga hari paling berat” bagi Sumut.
“Curah hujan ekstrem membuat banyak titik tanah tak lagi mampu menahan beban air. Sungai-sungai naik cepat. Longsor dan banjir terjadi hampir bersamaan,” ucapnya, Kamis (27/11/2025).
Lebih dari 1.030 personel gabungan dari berbagai satuan dikerahkan, mulai dari Satwil, Ditsamapta, Brimob, hingga Biddokkes. Mereka disebar ke titik-titik terdampak untuk evakuasi warga, pencarian korban hilang bersama tim SAR, pengamanan jalur yang tertutup material longsor, pendataan kerusakan, hingga pendirian posko darurat dan penyaluran bantuan.
Tapanuli & Sibolga Jadi Pusat Kekacauan Alam
Daerah terdampak terbesar meliputi Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Sibolga, serta Mandailing Natal.
Di sejumlah zona, longsor terjadi hingga puluhan titik, sementara banjir merendam rumah warga dengan ketinggian air mencapai satu meter.